BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini tengah digalakan usaha perbaikan gizi keluarga dengan meningkatkan mutu gizi konsumsi pangan. Salah satu anjuran untuk menanggulangi masalah gizi masyarakat berupa gangguan akibat kurang iodium, zat besi, vitamin A dan kurang energi protein adalah dengan mengkonsumsi sayuran dalam jumlah yang cukup (Yusni Bandini dan Nurudin Azis, 1995 : 1). Adapun jenis sayuran yang telah dikenal masyarakat secara luas dan banyak mengandung vitamin A yang dibutuhkan oleh tubuh adalah bayam.
Bayam merupakan salah satu tanaman berbentuk herba. Banyak digemari oleh semua lapisan mayarakat di Indonesia, karena rasanya enak, lunak dan dapat memperlancar pencernaan. Bayam banyak mengandung vitamin A, vitamin C, serta banyak mengandung garam-garam mineral seperti kalsium, fosfor, dan zat besi yang berguna untuk mendorong pertumbuhan badan dan menjaga kesehatan (Hendro Sunaryono, 1990 : 9).
Bayam ini tersebar luas keberadaannya, tumbuh di banyak bagian dunia. Bayam sesuai untuk ketinggian sampai 1000 m, tetapi paling banyak pertumbuhannya di daerah tropika. Terdapat banyak sekali varietas, beberapa berpigmen merah jelas dan nilai gizinya lebih baik. Beberapa merupakan tanaman hari pendek, dan ditanam hanya pada bulan-bulan musim panas sebagai sayuran daun (C.N. Williams, 1996 : 252). Adapun jenis tanaman yang sering dijumpai di Indonesia adalah jenis bayam cabut dan jenis bayam petik yang dimanfaatkan bagian vegetatifnya, sedangkan jenis bayam biji belum banyak diusahakan.
Ditinjau dari aspek teknis, budidaya bayam petik tidak terlalu sulit, karena bayam tergolong tanaman yang dapat ditanam pada berbagai musim, budidayanya tidak jauh berbeda dengan sayuran pada umumnya.
Adanya kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi makanan, menyebabkan terjadinya peningkatan produksi sayuran bayam. Ini merupakan suatu tantangan dalam mengimbangi kebutuhan akan bayam yang terus meningkat. Mengingat tantangan tersebut perlu suatu pengadaan yang berkesinambungan dengan kualitas yang baik dan kuantitas yang cukup.
Salah satu faktor penting dalam budidaya bayam petik (Amaranthus hybridus L. var. caudatus) adalah media tempat penanaman, dimana media tersebut harus benar-benar mengandung zat-zat hara (unsur mikro dan makro) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman bayam. Zat hara tersebut harus dalam jumlah yang cukup agar tanaman dapat berproduksi secara maksimal.
Selain media tanah, menurut Utami Kartika P. dalam majalah trubus (1994 : 19) bahwa media untuk tanaman sayuran dalam pot, bisa digunakan campuran tanah + pasir + pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1 dan campuran tanah + kerikil + pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1. Sedangkan menurut Memen Suparman Kepala Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cikijing Majalengka, bahwa untuk media tanaman sayuran dalam pot bisa digunakan campuran tanah + pecahan genting + pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1 dan campuran tanah + tanah liat + pupuk kandang dengan perbandingan 2 :1 :1.
.
Dengan adanya ketentuan tersebut dan untuk memperoleh hasil panen yang maksimal, maka dalam penelitian ini peneliti mencoba meneliti perbedaan hasil tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L. var. caudatus) yang ditanam dalam media campuran yang berbeda.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut : “Apakah terdapat perbedaan hasil tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L. var. caudatus) yang ditanam dalam media campuran yang berbeda ?”
C. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan yang dimiliki peneliti dalam segi waktu, biaya, tenaga, dan sebagainya maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut :
- Yang diteliti adalah perbedaan hasil tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L. var. caudatus) yang ditanam dalam media campuran yang berbeda.
- Tanaman yang diteliti adalah tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L. var.caudatus).
- Bibit yang akan ditanam berasal dari semaian dengan karakteristik : umur 14 hari dari tanam benih, berdaun 2 helai dan tinggi tanaman 7 cm diukur dari permukaan tanah sampai ujung batang tanaman.
- Tempat media tanam yang digunakan adalah polybag dengan diameter 20 cm.
- Media tanam yang digunakan adalah tanah + pasir + pupuk kandang, tanah + kerikil + pupuk kandang, tanah + pecahan genting + pupuk kandang dan tanah + tanah liat + pupuk kandang dengan perbandingan masing-masing 2 : 1 : 1.
Bahan-bahan media tanam tersebut adalah :
a. Tanah yang diambil dari sekitar lokasi penelitian.
b. Pasir yang digunakan adalah pasir kali.
c. Kompos yang digunakan adalah kompos sudah jadi.
d. Sekam padi yang digunakan adalah sekam yang siap pakai.
e. Abu yang digunakan adalah abu yang siap pakai.
f. Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran ternak ayam yang sudah matang.
6. Masing-masing media tanam sebelum dimasukan ke dalam polybag dihomogenkan dulu dengan diaduk-aduk supaya merata, kemudian setiap polybag disisi media tanam sebanyak 4 kg.
7. Tiap polybag berisi satu tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L. var. caudatus)
8. Penelitian dilakukan selama 44 hari, dimulai dari persemaian sampai dengan pemanenan
9. Panen dilakukan satu kali yaitu pada saat tanaman bayam sudah berumur 30 hari setelah tanam bibit, saat tanaman belum keluar bunga (Rahmat Rukmana, 1994 : 26)
10. Hasil yang diukur adalah berat basah pucuk (batang beserta daun-daun yang masih muda) yang diukur 10 cm dari ujung batang tanaman bayam pada saat panen dalam satuan gram.
Untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam penulisan ini, maka penulis membuat definisi operasional sebagai berikut :
- Perbedaan hasil tanaman bayam petik adalah perbedaan rata-rata berat basah pucuk (batang dan daun yang masih muda) tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L. var. caudatus) yang dihasilkan dari tiap perlakuan pada saat panen.
- Media campuran yang berbeda adalah beberapa jenis media yang digunakan sebagai media tanam bayam petik (Amaranthus hybridus L. var. caudatus). Dalam penelitian ini media tanam yang digunakan adalah :
a. Tanah + pasir + pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1.
b. Tanah + kerikil+ pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1.
c. Tanah + pecahan genting + pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1.
d. Tanah + tanah liat + pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1 : 1.
D. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L. var. caudatus) yang ditanam dalam media campuran yang berbeda.
E. Kegunaan Penelitian
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pengayaan dan informasi terutama untuk merancang percobaan tentang konsep pertumbuhan dan perkembangan meliputi perubahan kuantitatif dan kualitatif yang ireversibel pada pelajaran Biologi di SMU Kelas II mengenai bahasan pertumbuhan dan perkembangan.
2. Untuk mengetahui pengaruh campuran media tanam yang berbeda terhadap hasil tanaman bayam petik (Amaranthus hybridus L. var. caudatus).