Tuesday, March 15, 2011

Home » » Memperkaya Pembelajaran Membaca Melalui E- Learning

Memperkaya Pembelajaran Membaca Melalui E- Learning


Memperkaya Pembelajaran Membaca Melalui E- Learning

Prana D. Iswara
Pembelajaran membaca melalui e-learning dilakukan sebagai upaya memperkaya pembelajaran membaca yang dilakukan di kelas. Dalam menyelenggarakan pembelajaran membaca melalui e-learning, pengajar mesti menguasai sejumlah prosedur serta pengetahuan tertentu selain materi pembelajaran. Prosedur login dalam e-learning dan pengajaran prosedur login merupakan salah satu contoh prosedur yang penting untuk dikuasai pengajar dan pembelajar. Pengetahuan lainnya berkenaan dengan e-learning di antaranya . Pengembangan materi pembelajaran pun penting di dalam e-learning. Materi pembelajaran yang dapat dikembangkan di antaranya berupa file suara (ceramah, mp3, wav), film (3gp, mp4) selain file teks (hypertext, html, txt, doc, xls), gambar (jpg), atau animasi (gif, swf). Dari sisi materi, pengajar dapat menerapkan salah satu strategi membaca misalnya strategi POSSE.
Pembelajaran di kelas pada saat ini tidak diragukan lagi merupakan tempat yang efektif dan efisien bagi pembelajaran membaca. Bila orang berbicara tentang pengajaran atau pembelajaran membaca, yang dibayangkan oleh orang ini adalah sebuah suasana kelas, keteraturan bertemu, terjadwal, di tempat dan waktu tertentu. Pada prinsipnya pembelajaran di kelas dilaksanakan dengan sistem sinkronus (kesamaan waktu dan tempat).
Pada hari ini, selain terdapat pembelajaran di kelas (klasikal) terdapat pula pembelajaran melalui internet. Pembelajaran melalui internet ini akan mengabaikan aspek sinkronus. Pembelajar dapat belajar dari internet dan membuka berkas-berkas yang disimpan oleh pengajar di internet. Dengan demikian, waktu yang diperlukan oleh pembelajar untuk membuka internet tidak perlu bersamaan dengan waktu yang dilakukan pengajar untuk menyimpan materi pembelajaran di internet. Demikian pula tempat yang didiami pembelajar tidak perlu relatif sama dengan tempat yang didiami pengajar.
Pada hari ini, sejumlah materi pembelajaran diadministrasikan melalui e-learning. Kadang-kadang materi itu tidak secara eksklusif untuk pengguna internet tertentu saja, melainkan semua pengguna internet dapat memanfaatkan (membaca) materi pelajaran itu. Selain itu pembelajar pun dapat memanfaatkan materi-materi yang disampaikan oleh pengajar atau ahli lain yang akan memperkaya materi yang dibutuhkannya.
Sekalipun e-learning menawarkan sejumlah kelebihan daripada pembelajaran di kelas, pembelajaran di kelas (klasikal) tidak dapat dihilangkah sama sekali. Dengan demikian, sebenarnya, e-learning memperkaya pembelajaran di kelas dan tidak menggantikannya sama sekali. Pembelajar mencari sumber-sumber (materi) dari internet untuk memperkaya materi yang didapatkannya di kelas.
Pembelajaran berbasis internet merupakan tambahan dari pembelajaran-pembelajaran klasikal (di kelas). Biasanya pengajar menugasi pembelajar untuk mencari bahan-bahan di internet untuk didiskusikan di kelas. Pengajar pun menyimpan beberapa materi atau sumber penting yang dapat dilihat (dibaca) dan dimanfaatkan pembelajar yang membuka internet.
Apakah pembelajaran e-learning itu?
Untuk menjawab permasalahan apakah e-learning itu, seseorang lebih mudah menunjukkan barangnya. Hal itu mirip dengan seseorang yang bertanya, apakah mobil atau telepon selular (ponsel) itu? Orang yang hendak memberi penjelasan kepada orang
yang ingin tahu itu lebih mudah menunjukkan mobil atau ponsel daripada menguraikan definisinya.
Salah satu contoh e-learning adalah situs http://kd-sumedang.upi.edu. Situs ini merupakan situs resmi dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Sumedang. Pada situs ini pengguna yang hendak menggunakan materi-materi (resources) yang ada di dalamnya mesti mendaftar dulu (registrasi). Tanpa registrasi seseorang tidak dapat memperoleh materi-materi yang ada di situs ini. Registrasi ini sangat penting karena aktifitas pembelajar akan dinilai. Pada e-learning pun pembelajar dapat menyampaikan tugas serta mengerjakan sejumlah tes. Bila pembelajar tidak teregistrasi, tentu prestasinya tidak dapat dipantau.
E-learning diadministrasikan dengan menyimpan file-file penting bagi pembelajaran di internet. Dengan demikian pembelajar dapat membuka dan mempelajarinya. E-learning pun memungkinkan pengajar dan pembelajar menyimpan dan mendiskusikan jaring hubungan (link web) di situs e-learning.
Bermacam-macam file yang memungkinkan disimpan di server atau situs, di antaranya file teks (hypertext, html, txt, doc, ppt, xls), gambar (jpg), animasi (gif, swf), suara (amr, mp3, wav) atau film (3gp, dat, avi). Dengan cukup banyaknya jenis file yang dapat disimpan di situs, kreatifitas pengajar pun semestinya ditingkatkan. Seorang pengajar memungkinkan untuk membuat video dari telepon selular berkenaan dengan sebuah presentasi atau penjelasan. Pengajar pun dapat merekam ceramah melalui pesawat mp3 player atau telepon selular dan menyimpan rekaman ceramah itu di situs. Pembelajar dapat menyimak dan mengkopi file ini dan memutarnya pada komputer atau telepon selular yang dimilikinya.
Beberapa Fitur Membaca melalui Internet
Telah diuraikan di atas bahwa materi bacaan di internet sangat melimpah-ruah. Pengajar tidak hanya dapat menunjukkan sumber-sumber materi penting yang ada di internet, tetapi juga mendiskusikan sumber-sumber materi penting yang diperoleh pembelajar. Dengan demikian, prestasi pembelajar yang menonjol merupakan catatan tersendiri bagi pengajar. Pengajar akan mudah menentukan pembelajar yang menonjol pengetahuannya dengan prestasi yang signifikan.
Dalam pembelajaran membaca, pengajar dapat leluasa memilih bacaan bagi pembelajar. Pembelajar dapat memilih tema yang menarik dan cocok bagi pembelajar. Dengan melimpahnya bacaan bagi pembelajar, pemilihan bacaan akan lebih bervariasi. Tema yang mungkin menarik bagi pembelajar akan dikaitkan dengan muatan lokal yang sesuai dengan wilayah pembelajar. Tema ini relevan sebagai bacaan di jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tinggi.
Pemilihan tema bacaan ini mesti didiskusikan oleh pengajar dengan pembelajarnya. Boleh jadi pengalaman pembelajar cukup banyak untuk memberi bekal wawasan kepada pembelajar untuk mengeksplorasi tema-tema ini. Tema buah dan sayuran hasil tani dan perkebunan, misalnya, merupakan tema yang penting untuk dibahas. Saat dunia dilanda krisis pangan, Indonesia sama sekali tidak merasakannya karena kekayaan alam dan kreatifitas masyarakatnya. Indonesia bahkan tidak perlu lagi mengimpor beras karena hasil beras di dalam negeri dapat dimanfaatkan secara maksimal. Tema lainnya yang dapat dipilih di antaranya karet dan kelapa sawit sebagai perkebunan unggul, pabrik kapur di Bongas, pabrik semen di Palimanan, tambang
minyak di Indramayu, perikanan emas dan nila, peternakan kambing dan sapi, tambak udang.
Kekayaan bumi Indonesia akan minyak, timah, emas merupakan kekayaan alam yang mesti diolah dengan kepintaran dan kejujuran. Wacana-wacana seperti ini dengan pengantar yang baik dari pengajar akan menjadikan orientasi pembelajaran terarah. Dengan demikian, pembelajar dapat memanfaatkan wacana-wacana ini sebaik-baiknya.
Penelitian Membaca melalui Internet
Melihat perkembangan internet dan pembelajaran melalui internet yang melaju tanpa henti, peluang penelitian melalui internet pun terbuka lebar. Penelitian pendidikan berkenaan dengan internet ini pun setahap demi setahap akan berkembang. Beberapa peluang pun dapat dilihat dari para pengguna internet berkenaan dengan proses pembelajaran melalui internet. Pengajar dapat mengembangkan penelitian-penelitian berkenaan dengan penggunaan internet di dalam pembelajaran. Sekalipun internet hanya merupakan tambahan atau pemerkaya pembelajaran di kelas, pembelajaran melalui internet terus melaju dan berkembang. Penelitian pembelajaran melalui internet pun menjadi bagian dari penelitian pembelajaran yang tidak dapat dihalangi lagi.
Salah satu proyek penelitian yang dapat dilakukan dalam pembelajaran (membaca) melalui internet adalah prosedur log in. Prosedur log in ini terlihat sepele. Namun, berdasarkan pengalaman pembelajaran e-learning, prosedur log ini ini, bila tidak dilakukan dengan tepat akan menghambat pembelajaran. Di dalam prosedur log ini, terdapat kegagalan log in yang dapat mengakibatkan menurunnya motivasi pembelajar melanjutkan eksplorasi materi pembelajaran.
Prosedur ini dapat dikembangkan menjadi sejumlah prosedur operasional baku (POB, standard operating procedure). Hingga saat ini, untuk pembelajaran membaca terdapat setidaknya sepuluh prosedur operasional baku. Prosedur operasional baku yang telah disusun di antaranya (1) prosedur pendaftaran pembelajaran e-learning, (2) prosedur pengerjaan tugas dan evaluasi bagi pembelajar, (3) prosedur pemuatan bahan belajar e-learning, (4) prosedur penanganan kesulitan pembelajar, (5) prosedur penyusunan serta pemeriksaan tugas, (6) prosedur penyusunan evaluasi membaca, (7) prosedur pemilihan wacana, (8) prosedur pengukuran keterbacaan, (9) prosedur pemeriksaan tugas dan tes membaca, serta (10) prosedur pencatatan karakteristik pembelajar.
Proyek penelitian lainnya ialah pengembangan materi pembelajaran. Materi pembelajaran dapat dikembangkan misalnya berkenaan dengan strategi membaca, model membaca, metode membaca atau teknik membaca. Pengetahuan pembelajar yang paripurna berkenaan dengan strategi membaca merupakan kekayaan yang mesti dimiliki pembelajar. Pengajar dapat mengumpulkan materi dan menyimpan materi ini di internet. Selain itu penggunaan strategi membaca ini pun mesti dilatihkan bagi pembelajar calon pengajar.
Keterampilan membaca diyakini tidak akan diperoleh dengan hanya melakukan satu atau dua kali latihan. Karena itu pengembangan latihan-latihan membaca berbasis internet pun sangat menarik untuk dilakukan. Pengembangan latihan membaca berbasis internet ini mesti dilakukan dengan keterampilan pengajar yang berkompeten di bidangnya. Beberapa prosedur latihan pembelajaran membaca melalui internet dapat dikembangkan di dalam penelitian pendidikan membaca. Latihan membaca ini mesti
diujikan kepada pembelajar sebagai sejumlah pertanyaan yang mesti dijawab pembelajar. Administrasi ujian melalui internet mesti dapat diskor dan dinilai oleh komputer di bawah pengawasan pengajar. Pengajar bertanggung jawab terhadap nilai pembelajar. Pengajar pun berkewajiban memberikan tindak lanjut berupa pengayaan (enrichment) atau remedial bagi para pembelajarnya.
Pengembangan materi bacaan lainnya ialah berupa pencarian bahan bacaan atau hubungan (link) pada bahan bacaan yang menarik dan penting bagi pembelajar. Pencarian bahan bacaan ini termasuk juga pengujian keterbacaan, pemilihan tema. Bacaan yang telah dipilih selanjutnya dibuatkan pertanyaan yang relevan dengannya. Pertanyaan untuk tes semestinya mencakup tingkat kesulitan yang bervariasi seperti pertanyaan kategori kognitif ingatan (C1), terjemahan (C2), interpretasi / pemahaman (C3), aplikasi (C4), analisis (C5), sintesis (C6) dan evaluasi (C7).
Proyek penelitian lainnya ialah pengembangan materi berupa file suara (ceramah, mp3, wav), film (3gp, mp4) selain file teks (hypertext, html, txt, doc, xls), gambar (jpg), atau animasi (gif, swf). Penelitian ini dapat berupa penelitian efektifitas dan efisiensi. Tentu saja pengembangan file-file itu harus disertai dasar studi yang cermat dan tepat. Bila file-file itu dikembangkan dengan terburu-buru, mungkin saja terdapat kekurangan alih-alih meningkatkan motivasi dan keterampilan pembelajar. Keahlian ini bisa saja menjadi pelengkap keahlian pengajar-pengajar di masa depan. Keahlian berinternet pun mesti menjadi proyeksi keahlian calon pengajar dari suatu lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK).
Proyek penelitian lainnya ialah pengembangan prosedur membaca (strategi membaca POSSE). Hal ini termasuk pemantauan prosedur pengajar dan perilaku (aktifitas) pembelajar serta kemampuan membaca pembelajar. Strategi membaca POSSE ialah terdiri atas langkah memprediksi, mengorganisasi / menyusun, membaca struktur, merangkum, mengevaluasi (Predict, Organize, Search for structure, Summarize, Evaluate) Strategi membaca POSSE semestinya dilakukan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan membaca. Strategi membaca POSSE, contohnya, merupakan model yang mendorong pelakunya untuk membaca bacaan dan memahami isinya. Dengan demikian, detail huruf atau detail kalimat tidaklah mesti benar-benar diperhatikan. Yang penting adalah pemahaman dari teks yang dibacanya. Perilaku seperti ini mesti dengan cermat diteliti sebagai bagian dari penelitian membaca melalui internet.
Pembelajaran e-learning biasanya merupakan pembelajaran eksklusif yaitu setiap orang mesti terdaftar (teregistrasi) di dalam situs e-learning itu. Pembelajaran yang inklusif tidak memungkinkan penilaian bagi setiap pembelajar karena biasanya pembelajaran inklusif tidak mengharuskan registrasi bagi penggunanya. Sekalipun demikian, pembelajar yang eksklusif ini pun dapat memperkaya pengetahuannya dengan mengakses dan melihat sumber-sumber yang inklusif. Pada sisi ini, pengajar mesti menjadi penengah bila pembelajar menemui kebuntuan karena melimpahnya bahan-bahan pembelajaran. Pengajar mesti memberi petunjuk agar pembelajar tidak tersesat dalam rimba pengetahuan tanpa ujung-pangkalnya. Pengajar mesti dengan bijak menjelaskan batasan suatu istilah yang mungkin sangat beragam di internet. Pengajar mesti membekali pembelajar dengan pengetahuan yang dapat dijadikan model untuk dikembangkan lagi oleh pembelajar.
Penelitian selanjutnya yang penting di dalam pembelajaran membaca melalui internet adalah asesmen. Asesmen yang dilakukan dapat berupa tes, pretes, postes, tes formatif atau tes sumatif. Segala tes yang diadministrasikan di kelas dapat dicobakan untuk diadministrasikan melalui internet. Tentu saja prosedur administrasi tes melalui internet yang berbeda dengan prosedur administrasi tes di kelas ini akan sangat menarik untuk diteliti.
Penelitian melalui internet dapat dikembangkan dengan paradigma kualitatif ataupun kuantitatif. Paradigma kualitatif sangat kuat untuk menguraikan perubahan perilaku pembelajar berkenaan dengan keterampilan mengeksplorasi situs e-learning. Di beberapa negeri, di belahan dunia, perilaku berlebihan seperti kecanduan internet atau fobia internet menjadi fenomena yang menarik untuk diwaspadai pengajar dan pembelajar. Selain paradigma kualitatif, paradigma kuantitatif pun dapat digunakan. Berbagai teknik statistik juga mungkin untuk digunakan. Dengan demikian, penelitian-penelitian pembelajaran di kelas konvensional pada umumnya dapat diusahakan untuk dilakukan pula pada penelitian pembelajaran yang memanfaatkan internet.
Beberapa Bantuan dalam Pembelajaran Internet
Beberapa kegiatan dapat dilakukan untuk membantu pembelajaran melalui internet di antaranya penggunaan messenger untuk bercakap-cakap (chat, chatting), dan blog untuk mengekspresikan pengetahuan.
Yahoo! Messenger (YM) adalah program untuk bercakap-cakap dengan pengguna internet lain. Program ini sangat massal dan kerap digunakan oleh pengguna internet. Program ini sangat bermanfaat bagi pembelajaran melalui internet umumnya dan pembelajaran membaca melalui internet pada khususnya. Dengan program YM seorang pengajar dapat melakukan konferensi, telekonferensi atau video konferensi dengan para
pembelajarnya. Video konferensi hanya memungkinkan jika pada komputer terdapat kamera. Telekonferensi ini memungkinkan seseorang pembelajar bertemu dan seolah berhadapan padahal pembelajar ini sebenarnya berbeda kota atau bahkan berbeda negara (berbeda tempat) dengan pengajarnya. Bila pembelajar sedang berada di kelas, pengajar tak perlu selamanya berada di depan kelas. Bila pembelajar sedang belajar di komputer sekolah, pengajar tak perlu selamanya berada di depan pembelajar karena komputer akan melayani pembelajaran yang dilakukan pembelajar itu.
Melalui YM, pembelajar dapat mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang penting dengan pengajarnya. Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dikirimkan kepada pengajar sekalipun pengajar tidak sedang berinternet (online). Pengajar dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pengajar ketika ia kembali berinternet. Pembelajar pun selain dapat menerima jawaban ketika sedang berinternet, ia pun dapat menerima jawaban ketika sedang tidak berinternet (offline). Dengan demikian, penggunaan YM sedikit lebih baik daripada e-mail saja karena penggunanya dapat bercakap-cakap langsung pada saat yang bersamaan (real time, sinkronus).
Pada saat ini, beberapa tugas dapat dipertimbangkan untuk diadministrasikan melalui blog. Blog yang ada di internet misalnya di blogger (http://www.blogger.com), wordpress (http://www.wordpress.com), typepad (http://www.typepad.com), atau blogware (http://home.blogware.com). Sebuah blog bisa juga terintegrasi dengan situs-situs sosial seperti facebook (www.facebook.com), friendster (www.friendster.com), multiply (www.multiply.com) atau orkut (www.orkut.com). Situs sosial biasanya lebih mengedepankan profil (tentang penulis) daripada tulisannya. Pada e-learning berbasis Moodle (http://moodle.org misalnya situs e-learning kd-sumedang.upi.edu) terdapat fasilitas bagi pembelajar untuk menulis blog. Karena itu menulis di blog pada e-learning berbasis Moodle bisa saja dinilai dan berpengaruh pada pendidikan.
Blog dapat dikembangkan oleh pengajar sebagai bagian dari penelitiannya atau risetnya tentang suatu hal. Validasi tulisan pada sebuah blog memang tidak memiliki ukuran. Ada penulis blog (atau disebut blogger) yang menulis khayalan-khayalan atau fantasi-fantasi di blognya. Ada pula penulis blog yang hanya menulis berita atau tulisan ilmiah di blognya.
Bantuan lainnya yang memungkinkan di dalam pembelajaran melalui internet adalah pemanfaatan asisten di dalam kelas. Pengajar dapat mengangkat asisten-asisten dari pembelajar yang mempunyai bakat (talenta) yang tinggi dan mengelompokkan pembelajar berdasarkan jumlah asisten yang dimilikinya. Sebagai contoh, pembelajaran menulis menuntut pemeriksaan tulisan dari sisi ejaan, tata kalimat dan materi. Pengajar dapat memanfaatkan asisten untuk memudahkan proses belajar mengajar yang dilakukannya. Pada pembelajaran membaca, pengajar pun dapat mengangkat asisten dan menilai pembelajar berdasarkan kemampuan membaca dan tugas-tugas membaca mereka. Pengangkatan asisten ini sangat memungkinkan bagi kelas-kelas gemuk. Di Indonesia, kelas-kelas yang ada pada umumnya adalah kelas gemuk. Bila diasumsikan kelas ideal terdiri atas 20 pembelajar, kelas gemuk di Indonesia bisa mencapai 40 atau 50 pembelajar pada setiap kelasnya. Kelas gemuk sangat memungkinkan untuk pengangkatan asisten selama asisten ini cukup cakap dan dapat dipercaya membantu pengajar.
Bagi institusi atau lembaga yang mendidik calon pengajar (LPTK), keberadaan asisten ini sangat memungkinkan. Tugas calon pengajar adalah menjadi berusaha pengajar yang baik dan mencoba menjadi pengajar yang baik sebagaimana pengajarnya atau bahkan lebih baik daripada pengajarnya.
Penutup
Penelitian membaca berbasis internet merupakan penelitian yang sangat besar potensinya untuk dikembangkan. Penelitian ini dapat dikembangkan mulai dari penelitian yang sederhana maupun penelitian yang kompleks. Penelitian yang mencakup satu atau dua variabel pembahasan pun tak kalah pentingnya bagi pengembangan pembelajaran melalui internet. Penelitian-penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi sumbangan pendidikan pada umumnya.
E-learning akan memperkaya pembelajaran membaca yang dilakukan di kelas-kelas konvensional (klasikal). Potensi ini tak kurang menariknya untuk dikembangkan di tingkat pendidikan usia dini, pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi.
Daftar Pustaka
Alwasilah, A.C.; S.S. Alwasilah (2005) Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: Kiblat Buku Utama.
Arikunto, S. (1999) Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Bachman, L.F. (1990) Fundamental Considerations in Language Testing. Oxford: Oxford University Press.
Damaianti, V.S. (2001) Strategi Volisional melalui Dramatisasi dalam Bidang Pendidikan Membaca. Disertasi Sekolah Pascasarjana. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Hardjasudjana, A.S. (dkk) (tanpa tahun) Materi Pokok Membaca. Jakarta: Penerbit Karunika Jakarta-Universitas Terbuka.
Hardjasudjana, A.S.; V.S. Damaianti (2003) Membaca dalam Teori dan Praktik. Bandung: Mutiara.
http://jurnal-sastra.blogspot.com
http://kd-sumedang.upi.edu
http://moodle.org
Iswara, P.D. (2008) Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui Model Membaca Top Down berbasis Teknologi Informasi dalam Bahasa Indonesia (Studi Pengembangan terhadap Mahasiswa Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Sumedang). Naskah Disertasi pada Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.
McCutchen, D. (2003) Psychology of Reading. tersedia online di alamat http://education.washington.edu/areas/ep/courses/syllabi/EDPSY520Spr03.ppt & http://education.washington.edu/areas/ep/courses/syllabi/EDPSY520Wtr05.pdf
McMillan, J.H; S. Schumacher (1989) Research in Education: A Conceptual Introduction (2nd edition). Virginia: Harper Collins.
Moeliono, A. dkk (1998) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Nurgiyantoro, B. (1988) Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Nurhadi (2004) Membaca Cepat dan Efektif (Teori dan Latihan). Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Tampubolon, D.P. (1990) Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efetif dan Efisien. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. (1983) Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Van Dalen, D.B. (1962) Understanding Educational Research. New York: McGraw-Hill.
Westwood, P. (2008) What Teachers Need to Know About Reading and Writing Difficulties. Camberwell: ACER Press.
Share this article :