BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah, pendidikan pada hakekatnya adalah sebagai usaha menyiapkan anak didik untuk menghadapi lingkungan hidup yang senantiasa mengalami perubahan, dan pendidikan itu pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan pribadi dan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha dasar untuk mengembangkan kepribadian yang berlangsung di sekolah maupun di luar sekolah. Berbagai usaha untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional telah dilakukan antara lain :
a. Pemantapan/pemutakhiran kurikulum
b. Peningkatan jumlah prasarana pendidikan dalam rangka usaha pelayanan yang lebih merata.
c. Peningkatan jumlah tenaga guru dalam rangka peningkatan dan pemerataan pelayanan pendidikan.
d. Peningkatan mutu sarana dan prasarana pendidikan (Prof. Dardji Darmodiharjo,S.H. , 1983:9)
Berdasarkan uraian diatas , timbullah berbagai pemikiran dan usaha-usaha yang dilakukan para ahli pendidikan melalui pembaharuan-pembaharuan yang sekarang telah dilaksanakan oleh pemerintah maupun lembaga-lembaga pendidikan non pemerintah. Salah satu faktor penunjang keberhasilan pemerintah dalam bidang pendidikan adalah guru. Tugas guru bukan hanya sebagai pengajar tapi sebagai pendidik, yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Tugas pendidik tidak akan lepas dari kewajiban seorang guru sesuai dengan pandangan sebagai berikut :
a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila
b. Guru berusaha mensukseskan pendidikan yang serasi ( jasmani dan rohani ) bagi anak didiknya.
c. Guru menghargai dan menghormati individu dan kepribadian anak didikya masing-masing
d. Guru dengan sungguh-sunguh mengintensifkan pendidikan Pancasila.
e. Guru melatih dalam memecahkan masalah dan membina daya kereasi siswa agar dapat menunjang kehidupan masyarakat yang sedang membangun.
f. Guru membantu sekolah dalam usaha menanamkan pengetahuan keterampilan pada anak didik ( DR.Moh.Surya,1981:32 )
Disamping itu guru berperan sebagai seorang ahli dalam mata pelajarannya. Guru PKn disamping memberikan pelajaran, juga harus mampu membina sikap dan tingkah laku anak didiknya sesuai dengan Pancasila.
Tata tertib sekolah merupakan salah satu bentuk aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh siswa, sebagai satu perwujudan kehidupan yang sadar akan hukum dan aturan. Tata tertib sekolah adalah rambu-rambu kehidupan bagi siswa dalam melaksanakan kehidupan dalam masyarakat sekolah.
Pembinaan guru PKn terhadap tata tertib sekolah merupakan bagian integral dari upaya pembinaan kesadaran hukum atau aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah. Pembinaan terhadap tata tertib sekolah merupakan salah satu bentuk kegiatan guru PKn di sekolah dalam rangka pembinaan generasi muda dan pembentukan manusia disiplin dan terdidik.
Masalah yang dihadapi dalam pembangunan pendidikan adalah bagaimana meningkatkan mutu pendidikan, baik yang bersifat pengetahuan maupun sikap. Usaha pertama yang dilakukan oleh sekolah dalam pembinaan sikap yaitu melalui tata tertib sekolah.
Sebagaimana diketahui dewasa ini banyak sekali siswa sekolah yang terlibat dalam kenakalan remaja, pergaulan bebas, penggunaan narkoba, tawuran antar sekolah serta penggunaan etika yang salah dalam kehidupan. Oleh karena itu melalui pembinaan tata tertib sekolah diharapkan siswa dibiasakan melaksanakan kehidupan sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakatnya.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk mengkaji tentang efektifitas peranan tata tertib sekolah terhadap belajar mengajar yang akan berkaitan dengan perolehan hasil belajar itu sendiri. Maka penulis merumuskan kedalam judul penelitian :
“PERANAN TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 1 CIKEMBAR KABUPATEN SUKABUMI.”
B. Perumusan dan Pembatasan masalah
Dalam perumusan dan pembatasan masalah ini, penulis akan membatasi sekitar masalah sebagai berikut :
1. Sudahkah siswa melaksanakan tata tertib dengan baik ?
2. Bagaimanakah peranan tata tertib sekolah terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar ?
3. Apakah guru PKn ikut melakukan pembinaan tata tertib terhadap siswa?
4. Usaha – usaha apakah yang telah dilaksanakan guru PKn dalam membina siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari pembatasan masalah diatas, secara khusus penulis dalam penelitian ini bertujuan ingin mengumpulkan data tentang :
1. Ingin mengetahui apakah siswa telah melaksanakan tata tertib sekolah.
2. Ingin mengetahui apakah tata tertib sekolah berperan terhadap kedisiplinan siswa dalam belajar ?
3. Ingin mengetahui apakah guru PKn mampu memberikan pembinaan terhadap siswa.
4. Ingin mengetahui usaha-usaha apa yang dilakukan guru PKn dalam pembinaan siswa.
D. Variabel dan Indikator penelitian
Sesuai dengan judul penelitian, variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini sebagai berikut: PERANAN TATA TERTIB SEKOLAH adalah variabel bebas atau variabel (X), Sugiono menjelaskan mengenai variabel bebas sebagai berikut:
“Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, input, predictor dan antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel terikat). Jadi variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi”. (Sugiyono,2002 : 2)
Indikator dari variabel X diatas adalah sebagai berikut :
1. Pengertian Tata tertib sekolah
2. Jenis – jenis tata tertib sekolah
3. Fungsi tata tertib sekolah
4. Tujuan tata tertib sekolah
5. Sanksi dalam tata tertib sekolah
Sedangkan KEDISIPLINAN SISWA DALAM BELAJAR adalah variabel terikat atau variabel Y, Sugiyono (2002:3) menjelaskan tentang variabel terikat ini sebagai berikut :
“Sering disebut sebagai variabel respon, output, criteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”
Indikator dari variabel Y diatas adalah sebagai berikut :
1. Pengertian disiplin siswa
2. Jenis kedisiplinan siswa dalam belajar
3. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa dalam belajar
4. Pengukuran dan pengungkapan prestasi belajar
E. Anggapan dasar dan Hipotesis
1. Anggapan Dasar
a. Siswa merupakan individu yang memerlukan pembinaan dan kasih sayang dari orang yang lebih dewasa dari mereka yaitu guru.
b. Pembinaan tata tertib sekolah, akan memberikan dorongan kepada siswa untuk siap mengikuti setiap kegiatan dalam belajar serta menunjang disiplin siswa.
c. Pembinaan tata tertib siswa/sekolah akan mendorong siswa pada sikap dan tingkah laku yang tercermin dalam nilai-nilai Pancasila.
d. Dengan mengadakan pembinaan kepada siswa, guru PPKn harus mampu meningkatkan pengetahuannya sesuai dengan profesi guru itu sendiri.
2. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pemecahan masalah dalam penelitian. Untuk memberikan arah yang jelas, DR. Sudjana , MA ,MSc. mengemukakan :
“Hipotesis adalah perumusan sementara mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan untuk menuntun atau mengarahkan penelitian selanjutnya” (1986:213)
Bertitik tolak dari anggapan dasar tersebut diatas, penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut :
a. Apabila tata tertib sekolah dilaksanakan dengan baik oleh seluruh siswa akan berpengaruh terhadap perubahan sikap disiplin siswa dalam belajar.
b. Perubahan tingkah laku siswa disekolah akan terjadi, apabila di tunjang oleh pembinaan tata tertib yang dilaksanakan secara meyeluruh.
c. Guru PPKn harus mampu melakukan pembinaan terhadap siswa dengan memperlihatkan kepribadian yang tinggi dan suri teladan.
F. Metode dan Teknik penelitian
1. Metode penelitian
Untuk membuktikan jawaban sementara yang telah dirumuskan, penulis memerlukan data yang obyektif, lengkap dan benar. Data tersebut hanya dapat diperoleh jika penulis menggunakan data yang tepat. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalan metode analisis deskriptif. Keuntungan metode ini antara lain :
a. Dalam survey biasanya dilibatkan sejumlah orang untuk mencapai generalisasi atau kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan
b. Dalam survei dapat dipergunakan berbagai teknik pengumpulan data seperti angket, wawancara, observasi, menurut pilihan sipeneliti. ( S. Nasution,1982:35 )
Metode ini dipergunakan karena dalam penelitian melibatkan situasi yang terjadi saat itu, dan untuk menggambarkan apa yang ada dalam penelitian.
2. Tehnik penelitian
Sesuai metode yang dipergunakan dalam penelitian ini, penulis mengunakan tehnik penelitian sebagai berikut :
a. Wawancara, yang dilakukan kepada guru-guru PPKn dan staf pengajar
b. Observasi, yaitu mengamati secara langsung bagaimana pembinaan tata tertib dilaksanakan oleh guru PPKn terhadap siswa.
c. Angket, yaitu daftar pertanyaan yang ditujukan kepada siswa
G. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Yang dijadikan populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X ,XI dan XII SMA Negeri 1 Cikembar Kab Sukabumi sebanyak 855 orang
2. Sampel
Pengertian sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data untuk mewakili seluruh populasi. Hal ini sesuai pula dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1996 :117) sebagai berikut.
“Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dimaksud peneliti sampelapabila kita bermaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagai suatu yang berlaku begi populasi.”
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang dapat mewakili secara umum sifat-sifat populasi secara keseluruhan. Untuk menentukan sampel penelitian, maka populasi yang cukup homogen dijadikan sampel penelitian sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Adapun sampel dalam penelitian ini yaitu terdiri dari :
a. Guru mata pelajaran PPKn SMA Negeri 1 Cikembar Kabupaten Sukabumi sebanyak 2 (dua) orang. Wiranto Surakhmad (1998 : 140) mengemukakan bahwa : “sampel yang jumlahnya sebesar populasi seringkali disebut sampel total “
b. Siswa SMA Negeri 1 Cikembar Kabupaten Sukabumi, yang berjumlah 853 orang. Sedangkan yamg diambil menjadi sampel hanya 75 orang, hal ini didasarkan atas pendapat Suharsimi Arikunto (1996:120) sebagai berikut :
“Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10%-15%, atau 20%-25%, atau lebih.”
Untuk lebih jelasnya penyebaran sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini :
TABEL 1
JUMLAH SAMPEL
Kelas | Populasi (100%) | Sampel 10% |
X XI XII | 312 277 264 | 21 28 26 |
Jumlah | 853 | 75 |
Sumber : Dokumen SMA Negeri 1 Cikembar Kabupaten Sukabumi tahun pelajaran 2006/2007
Adapun teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan teknik random sampling, alasannya yaitu utuk memberikan kesempatan kepada seluruh anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno Hadi (19987 : 75) bahwa :
“Dalam random sampling semua individu baik secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama diberikan kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.”
Dengan demikian kecenderungan penulis untuk memihak kepada anggota sampel yang diperkirakan untuk memberikan jawaban sesuai dengan yang dikehendaki penulis tidak akan terjadi.