BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri atas berbagai ragam suku, agama, adat dan budaya. Keragaman ini disatu sisi merupakan potensi untuk membangun bangsa yang besar dan maju. Namun dilain sisi menjadi potensi pertentangan, permusuhan dan peperangan hingga menjadi bangsa yang bercerai berai.
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia , potensi pertentangan dan permusuhan ini menjadi salah satu sebab mudahnya bangsa Indo3/16/2007nesia diadu domba sehingga bangsa kolonial menjajah Indonesia selama 3,5 abad.
Keragaman dan perbedaan lambat laun disadari dan diwujudkan dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” sehingga tumbuh dan berkembanglah rasa persatuan dan kesatuan. Dimulai dengan berdirinya Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang kemudian diikuti oleh munculnya kesadaran pada setiap bangsa Indonesia yang akhirnya lahirlah Sumpah Pemuda pada tanggal 20 Oktober 1928. Dengan modal sumpah pemuda maka tumbuhlah berbagai pergerakan dengan satu tujuan Indonesia Merdeka, yang tercapai dengan proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
Dalam wadah negara kesatuan, potensi pertentangan dari keragaman bangsa masih terus mewarnai, dari masa orde lama, orde baru sampai masa reformasi sekarang ini. Pertentangan bukan hanya dalam masalah konseptual, melainkan menjadi actual dalam kehidupan masyarakat, seperti kasus etnis di Kalimantan, kasus Maluku/Ambon, kasus Poso, kesemua itu memakan korban yang banyak dari masyarakat.
Salah satu faktor yang membahayakan bagi kelangsungan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia adalah munculnya pertentangan antar umat beragama. Apabila terjadi kasus seperti ini maka akan sangat berpengaruh pada aspek kehidupan bangsa yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan (ipoleksosbudhankam). Karena itu perlu dan penting adanya pembinaan toleransi, baik antar umat beragama maupun umat beragama dengan pemerintah dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembinaan toleransi seyogyanya melibatkan berbagai pihak dan dilaksanakan terus menerus tiada henti. Tanpa ada pembinaan maka sepanjang perjalanan sejarah bangsa akan senantiasa dilanda huru-hara.
Agama diturunkan bagi manusia sebagai “pedoman hidup” yang akan mengantarkan ke jalan keselamatan di dunia kini dan di akherat kelak. Dalam pelaksanaan kehidupan beragama, manusia dituntut bukan hanya secara vertical beribadah kepada Tuhan pencipta alam semesta, akan tetapi diwajibkan untuk berlaku baik secara horizontal untuk melaksanakan hubungan dengan sesama manusia.
Pertentangan atau konflik akan muncul apabila individu atau kelompok salah dalam pemahaman dan pelaksanaan kehidupan beragama. Seperti apa yang diungkapkan Kasman Singodimejo (AP. Budiyono HD 1983: 27), konflik akan muncul melalui pernyataan-pernyataan yang salah sebagai berikut :
a. Dangkalnya pengertian dan kesadaran beragama
b. Fanatisme yang negatif
c. Cara dakwah dan propaganda agama yang salah
d. Obyek dakwah dan propaganda secara demonstrative
Berdasarkan pendapat diatas, maka perlu adanya pembinaan dan penanaman sikap toleransi antar umat beragama, bukan hanya dalam pendapat atau teori akan tetapi dalam aplikasi dan amal perbuatan yang kongkrit. Tidak dibenarkan adanya intimidasi dari satu agama kepada agama lain, tidak ada pemaksaan ajaran dari satu kaum yang beragama kepada kaum yang beragama lain, tidak ada penyebaran agama yang menyalahi ketentuan aturan pemerintah, baik secara sembunyi atau terbuka.
Setiap orang mendambakan ketentraman, kedamaian, kebahagiaan, dan kerukunan. Untuk mencapai dambaan tersebut perlu adanya upaya-upaya yang saling mendukung dan kerja sama dari semua fihak. Karena bangsa Indonesia bangsa yang majemuk maka perlu sekali adanya kesadaran akan keberadaan kita sebagai bangsa yang memiliki banyak perbedaan tetapi satu kesatuan. Dalam hal ini, Depdikbud (1994:1) memberi gambaran kemajemukan bangsa Indonesia sebagai berikut :
“Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan ini meliputi banyak aspek. Majemuk dalam budaya daerah, suku bangsa, golongan politik, agama dan lain-lain. Kemajemukan ini dapat mempengaruhi kehidupan bangsa Indonesia baik secara positif maupun negative”.
Kemajemukan akan memunculkan dua aspek yang akan mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni aspek kehidupan yang mengarah kepada kedamaian dan persatuan serta aspek yang mengarah kepada terpecah belahnya bangsa yang membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terpuruk. Aspek kedua perlu mendapat perhatian dan harus diwaspadai jangan sampai terjadi dan dialami oleh bangsa Indonesia .
Tidaklah heran bahwa Negara Indonesia memberikan perhatian yang sangat besar terhadap perbedaan kehidupan beragama. Negara memberikan jaminan kepada seluruh umat beragama yang hidup di Negara Indonesiauntuk memeluk agamanya sesuai dengan keyakinan masing-masing. Sebagaimana ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 yang berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu”.
Tindak lanjut dari pasal 29 ayat 2 ini diantaranya melalui kegiatan-kegiatan yang difasilitasi oleh pemerintah, seperti : dialog antar umat beragama, kerja sama antar umat beragama dalam kegiatan social, membentuk forum komunikasi antar umat beragama. Yang paling penting dari semua itu adalah adanya itikad baik untuk terus hidup dalam toleransi dan kerukunan sebagai satu bangsa yang besar.
Bentuk pelaksanaan toleransi yang paling nyata bisa kita lihat dan kita rasakan adalah pada saat perayaan hari-hari besar agama. Bagaimana masyarakat saling menunjukkan rasa simpatinya kepada masyarakat lain yang berbeda agama. Namun perlu dibedakan antara perayaan yang sifatnya ritual dan perayaan yang bersifat seremonial. Perayaan yang bersifat ritual hanyalah diikuti dan dilaksanakan oleh orang seagama, sedangkan perayaan seremonial dalam keadaan tertentu bisa secara bersamaan dilaksanakan dengan orang-orang yang beragama lain. Peristiwa ini dapat dilakukan untuk saling menghormati dan menghargai sebagai perwujudan adanya toleransi sesama umat beragama.
Pembinaan toleransi dalam kehidupan sehari-hari harus terus dilakukan kepada seluruh lapisan masyarakat, terutama kepada generasi muda sebagai generasi penerus bangsa yang harus mempertahankan keutuhan persatuan dan kesatuan.
Upaya pembinaan toleransi di sekolah berkaitan langsung dengan mata pelajaran PPKn. Untuk itu guru PPKn memiliki peranan penting untuk menanamkan sikap toleransi antar umat beragama, terlebih di SMA yang siswanya heterogen. Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian di SMA Negeri Cikembar Kabupaten Sukabumi. Untuk memudahkan dan terarahnya penelitian, penulis merumuskannya dalam judul penelitian sebagai berikut : “PERANAN PEMBELAJARAN PPKn TERHADAP PEMBINAAN TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI SMA NEGERI 1 CIKEMBAR KABUPATEN SUKABUMI”
B. Perumusan dan Pembatasan masalah
1. Perumusan masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, maka yang menjadi pokok permasalahan dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : “Sampai dimana peranan pembelajaran PPKn dalam menanamkan toleransi antar umat beragama pada siswa yang berlatar belakang heterogen di SMA Negeri 1 Cikembar”
2. Pembatasan masalah
Karena luasnya masalah yang ada dalam penelitian ini, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahannya, sehingga permasalahan yang diteliti dapat terjangkau dan sesuai dengan kemampuan peneliti.
Pembatasan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Upaya apakah yang dilakukan guru PPKn melalui pembelajaran PKn dalam menanamkan sikap toleransi antar umat beragama di kalangan siswa SMA Negeri 1 Cikembar yang berlatar belakang heterogen ?
b. Bagaimana sikap toleransi antar umat beragama di kalangan siswa SMA Negeri 1 Cikembar yang berlatar belakang heterogen ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan. Secara khusus penelitian bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui upaya guru PPKn dalam menanamkan sikap toleransi antar umat beragama di kalangan siswa SMA Negeri 1 Cikembar Sukabumi yang berlatar belakang heterogen.
b. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat toleransi antar umat beragama di kalangan siswa SMA Negei 1 Cikembar Sukabumi yang berlatar belakang heterogen.
2. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan secara teoritis
Menyumbangkan data guna memperkaya kajian tentang toleransi antar umat beragama di kalangan siswa.
2. Kegunaan secara praktis
a. Memberikan masukan bagi pemerintah guna mengkaji sikap-sikap toleransi antar umat beragama di kalangan pelajar.
b. Memberikan masukan yang bermanfaat bagi guru PPKn dalam upaya meningkatkan sikap-sikap toleransi antar umat beragama di kalangan pelajar.
D. Anggapan dasar dan Hipotesis
1. Anggapan dasar
Anggapan dasar merupakan landasan berpikir yang kebenarannya didasarkan pada fakta dan masalah yang diteliti, Winarno Surakhmad (1982:107) mengemukakan :
“Anggapan dasar, asumsi atau postulat ialah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”
Dari pendapat diatas , maka anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pembinaan toleransi di kalangan pelajar merupakan satu upaya untuk membina persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia .
b. Upaya guru PPKn sangat penting bagi pembinaan dan pengembangan sikap-sikap toleransi antar umat beragama. Guru dalam mendidik merupakan proses pengamatan yang didasari komponen kognisi yang dipengaruhi oleh pengalaman, sosialisasi, cakrawala dan pengetahuan (AP. Budiyono HD, 1983:194)
2. Hipotesis
Dalam suatu penelitian diperlukan hipotesis, yaitu suatu pernyataan yang diterima sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam perifikasi (Moh. Nasir, 1985:82). Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
a. Jika upaya guru PPKn melalui pembelajaran PPKn dalam menanamkan sikap toleransi antar umat beragama di kalangan siswa yang berlatar belakang heterogen dapat dilaksanakan secara efektif, maka akan timbul toleransi antar umat beragama di kalangan siswa SMA Negeri 1 Cikembar Sukabumi.
b. Semakin efektif upaya guru PPKn dalam pembinaan sikap toleransi antar umat beragama, semakin tinggi tingkat toleransi antar umat beragama di kalangan siswa SMA Negeri 1 Cikembar Sukabumi.
E. Variabel dan Indikator Penelitian
Menurut Sutrisno Hadi (Suharsimi Arikunto, 1991:89), Variabel adalah gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian. Sedangkan yang dimaksud Indikator adalah membagi-bagi variable menjadi kategori-kategori data yang harus dikumpulkan oleh peneliti, sebagai alat pemantau yang dapat memberi petunjuk atau keterangan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka yang menjadi variable atau titik tolak perhatian dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas (Variabel X)
Menurut Sugiyono (1994:30), variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab berubahnya variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Peranan Pembelajaran PPKn dalam menanamkan toleransi antar umat beragama, dengan indikatornya sebagai berikut :
a. Tampilan suri teladan
b. Menyajikan pola perilaku moral agama yang b aik
c. Responsif terhadap inisiatif siswa
d. Pembinaan melalui dialog
e. Pembinaan kerja sama social antar umat beragama
2. Variabel terikat (Variabel Y)
Menurut Sugiyono (1994:24), variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam peneliitian ini adalah pandangan sikap dan toleransi antar umat beragama di kalangan siswa, dengan indikatornya sebagai berikut :
a. Memandang penting toleransi antar umat beragama
b. Memandang perlu adanya usaha menciptakan kerja sama antar umat beragama
c. Memandang perlu adanya kerukunan antar umat beragama
d. Menunjukkan sikap mendukung perbuatan moral yang baik dan terpuji
e. Menunjukkan sikap mendukung usaha kerja sama antar umat beragama
f. Menunjukkan sikap mendukung kerukunan antar umat beragama
F. Metode dan teknik penelitian
1. Metode penelitian
Metode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Winarno Surakhmad (1994:131) bahwa :
“Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk mengujio serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat-alat yang sesuai”
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Metode desktiptif adalah metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah yang sedang dihadapi dan sedang berlangsung, dan untuk mengetahui keadaan sesuatu, menjelaskan atau menerangkan sesuatu.
Suharsimi Arikunto (1991:25) dalam bukunya Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek mengatakan : “Apabila peneliti bermaksud mengetahui keadaan apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauhmana, dan sebagainya, maka penelitiannya bersifat deskriptif, yaitu menerangkan atau menjelaskan peristiwa”.
2. Teknik penelitian
Untuk memperoleh data sesuai dengan sifat dan jenis masalahnya, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan pengumpulan data sebagai berikut :
a. Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan instrument berupa daftar pertanyaan atau pernyataan secara tertulis yang diberikan kepada responden.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik penelitian yang dilakukan penulis dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung dengan tatap muka, berdialog untuk memperoleh informasi mengenai masalah – masalah yang dihadapi
c. Studi literatur
Studi literature adalah teknik penelitian dengan cara mempelajari literature untuk memperoleh informasi teoritis tentang masalah yang sedang diteliti.
G. Populasi dan Sampel penelitian
1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subyek penelitian yang dijadikan sumber data dalam penelitian (Suharsimi Arikunto 1992:102). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Cikembar berjumlah 314 orang dengan perincian sebagai berikut :
Nomor | Kelas | Jumlah siswa |
1 | X 1 | 45 |
2 | X 2 | 45 |
3 | X 3 | 45 |
4 | X 4 | 44 |
5 | X 5 | 45 |
6 | X 6 | 45 |
7 | X 7 | 45 |
| Jumlah | 314 |
2. Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (1992 :104) sample adalah sebagai berikut:
“Jika akan meneliti bagian dari populasi maka disebut penelitian sample. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”.
Adapun cara pengambilan sampel menurut Suharsimi Arikunto (1992:107) adalah sebagai berikut :
“Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10% atau 20% sampai 25% atau lebih”.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis mengambil sampel secara random yaitu meneliti sebagian populasi kelas X SMA Negeri 1 Cikembar sebanyak 30 orang untuk diambil sebagai responden dalam penelitian ini.