Showing posts with label makalah. Show all posts
Showing posts with label makalah. Show all posts

Monday, March 28, 2011

guru honor indonesia menulis Membuka Tabir Kebenaran

Membuka Tabir Kebenaran

Nurmazaya Khurin'in

Guru KB TK Yaa Bunayya Hidayatullah Surabaya

Ada ungkapan di Jerman yang menyatakan, "Gunakan uang yang banyak untuk riset, maka riset akan memberimu uang banyak." Di sini penulis meminta ijin untuk sedikit mengubah kalimat di atas, namun sedikit banyak maknanya tidaklah berbeda. "Menulislah yang banyak, maka tulisan akan memberimu uang banyak."

Kalimat tersebut bagi sebagian masyarakat masih diragukan. Pasalnya, masyarakat masih cekak dalam mendefiniskan arti kata pekerjaan. Pekerjaan versi masyarakat, yakni aktivitas yang memiliki mobilitas tinggi. Berangkat pagi, pulang sore. Ada kantor yang representatif, bila perlu di tempat strategis. Bahkan saking cekaknya nalar, ada yang berpaham, pekerjaan itu tidak lepas dari peras keringat dan banting tulang. Cerdas 'okol' tetapi jauh dari akal.

Maka tidak heran jika di sekitar kita, remaja atau jenjang usia di atasnya yang memahami bahwa pekerjaan itu identik dengan aktivitas otot dan keringat semata, mempercepat usia kerutan wajah. Bahasa prokem menamainya, wajah bermutu alias bermuka tua. Walau apapun pekerjaan asal diniati dengan ikhlas dan memiliki kredibilitas positif, dalam arti halal, tidak menjadi soal.

Tetapi bagaimana jika saya menyebut profesi menulis menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan? Menulis itu mudah jika disenangi, ditelateni, dan dipraktikan. Apapun tulisan itu. Dan seorang penulis harus membaca, apapun. Ada anak kecil yang pernah penulis tanya kenapa membawa buku ketika (maaf) buang air besar. Dia bilang, saya suka membaca. Jadi, dim anapun dan kapanpun, membaca adalah bagian tidak terpisahkan dari tulis menulis.

Sekadar curhat lewat buku diary, memanfaatkan blog agar banyak yang mengunjungi kemudian ada yang berminat beriklan diblog kita. Setali tiga uang. Puas batin, puas juga di kantong.

Menulis tidak terikat dengan waktu dan tempat. Terserah kita, mau menulis kapan dan dimana, asal bisa memunculkan ide. Bahkan di kamar pun kita bisa bekerja.

Sebagai testimoni saja, Kang Abik, sapaan penulis buku Ayat-Ayat Cinta, Dalam Mihrab Cinta, dan beberapa karya yang lain mampu meraup untung tidak hanya jutaan rupiah, tetapi miliaran rupiah dari komisi tulisan yang diterbitkan. Andrea Hirata, yang membidani tetralogi Laskar Pelangi telah mengubah hidupnya yang tidak hanya dikenal publik dari karyanya, tetapi juga telah mengangkat kembali oase pendidikan di daerah terpencil di Belitong yang ia kisahkan dengan apik.

Artinya profesi menulis tidak hanya menjanjikan melimpahnya materi, tetapi jejak kehidupan di mata masyarakat juga akan berbeda. Tetapi apakah menulis memang bertujuan mencari fulus? Jika kita sebagai pendidik, jangan sekali pun mengatakan pada siswa kita bahwa menulis untuk mencari uang, tetapi menulis untuk membuka tabir kebenaran. Dengan begitu pada saatnya anak tidak pamrih. Tetapi tanamkan, menulislah untuk membuka kebenaran, maka keberanaran dari tulisan akan memberi uang banyak.

Saat ini, peserta didik di beberapa sekolah, baik di kota maupun di desa tidak lagi berhasrat dengan dunia tulis menulis. Kalau pun ada hanya sedikit sekali. Bagaimana untuk menumbuhkan cinta menulis pada peserta didik?

Pelajaran mengarang sangat ampuh dijadikan solusi untuk mengurai kembali hasrat siswa tumbuh menjadi penulis hebat. Pasalnya pelajaran mengarang seolah menghilang. Siswa sekarang lebih hafal keypad handphone ketimbang huruf dalam keyboard.

guru honor indonesia menulis Belajar Mengajar Calon Penulis Andal

Belajar Mengajar Calon Penulis Andal
Trianto Thomas SPd
Guru SMPK Santa Maria II Malang
triantothomas@gmail.com

Budaya menulis masih menjadi sesuatu yang kurang familiar bagi siswa. Menyikapi fenomena tersebut, sebagai guru, orang tua, dan pengambil kebijakan sekolah berjuang membudayakan proses kreatif menulis. Dengan pendekatan dan pandangan yang konstruktif dunia menulis akan menjadi kegiatan rutin yang akan dilakukan oleh pemilik masa depan negeri ini.
Realitas yang ada adalah kegiatan menulis masih menjadi kegiatan yang kurang diminati, baik itu siswa maupun lingkunga kita. Semua sadar, menulis adalah proses yang kompleks, rumit dan berulang-ulang, bukan proses yang bersifat linier. Proses menulis adalah proses berpikir yang berlangsung selama kegiatan menulis (Crowhurst, 1988:7) Sebagai tindak lanjut, apa yang mesti dilakukan?
Guru sebagai motivator adalah orang yang selalu menfasilitasi kegiatan menulis siswa, harus memiliki visi jelas. Arah tujuan yang akan didapat tentunya sesuai dengan kurikulum yang sudah ditata sesuai kondisi budaya belajar di sekolah. Penulis yakin tak ada seorang guru yang tak menginginkan siswanya memiliki kesempatan dan keterampilan lebih. Jadi peran guru dari pelbagai disiplin ilmu harus memberi kesempatan agar keterampilan menulis mulai dibudayakan.
Menyadari peranan penting itu, penulis meyakini guru masih menjadi orang yang patut dijadikan teladan, kalau toh masih ada guru yang belum terbiasa menulis atau memiliki budaya menulis, semata-mata karena faktor lingkungan. Buktinya jika di lingkungan guru kebiasaan menulis menjadi target pembiasaan yang sudah dicanangkan, sekolah pastilah tak akan ada satu guru pun yang akan menghindari pembiasaan tersebut. Mungkin yang menjadi faktor penghambat adalah waktu yang kurang/tak memungkinkan guru melakukan refleksi dan proses kreatif karena terlalu banyaknya tugas dan kegiatan. Belum lagi jika kita menoleh tanggung jawab sosial guru dalam keluarga dan masyarakat.
Semua itu dapat disiasati dengan kebijakan dan pemikiran lebih arif. Pendek kata mari mencoba memfasilitasi kegiatan menulis siswa sehubungan dengan mata pelajaran yang kita ampu ini. Menyadari keterampilan menulis siswa usia remaja harus dijadikan pembiasaan, kiranya peranan orangtua pun cukup penting. Janganlah sebagai orang tua memiliki pemikiran sempit terhadap definisi belajar bagi anak. Dukung anak jika mereka mencoba untuk menulis puisi, cerita pendek, novel, ataupun karya ilmiah. Kadang ada orangtua yang menganggap kegiatan itu kurang penting! Dengan menulis, anak akan memiliki pola pikir sistematis dalam menyampaikan gagasan dan imajinasi logisnya, dengan demikian otak melakukan aktivitas mereproduksi apa yang menjadi pikirannya.
Orangtua diharap memberi dukungan baik materi (perangkat keras kegiatan menulis) maupun dorongan moral (dialog/interaksi). Memberi waktu /dukungan dengan pembimbingan secara langsung. Misalnya, dengan duduk bersama untuk melatih cara menyampaikan pikiran/gagasan dalam bentuk tulisan, mengarahkan anak untuk mencoba mengirimkan tulisan ke media yang memungkinkan hasil tulisan tersebut dipublikasikan.
Siswa harus menemukan rasa percaya dengan menanyakan pada diri sendiri jika Ayu Utami atau Dyan Nuranindya bisa menulis mengapa aku tidak? Pertanyaan itu silakan terus dikumandangkan dalam proses belajar. Dengan memiliki rasa percaya diri yang besar merupakan modal mengawali belajar menulis kian bergairah. Siswa harus mengikuti perkembangan sepak terjang penulis muda. Misalnya peserta lomba karya ilmiah, penulis teenlit, dan hasil-hasil tulisan baik dari internet, televisi, surat kabar, maupun koran. Selalu mau dan berusaha melihat karya orang lain karena dengan demikian pikiran akan mendapat informasi terbaru. Ingat tulisan yang baik adalah tulisan yang memiliki kesegaran.
Siswa harus bermental baja, tak takut gagal jika tulisannya dikirim dan masih belum mendapat kesempatan dimuat karena berbagai pertimbangan. Lakukan evaluasi dengan menenangkan diri, catatlah ide-ide yang bisa menjadi sumber inspirasi tulisan. Totalitas berpikir dan cita-cita yang jelas akan memotivasi diri. Anak akan memiliki mental yang kuat jika mengalami kegagalan, terus maju jika mendapatkan tantangan, dengan demikian kekuatan yang dibangun untuk lebih memotivasi diri akan mendongkrak jiwa ini dalam memosisikan diri sebagai calon penulis andal.

guru honor indonesia

Guru Honor dan PTT Harus Dilindungi PP

JAKARTA, KOMPAS.com -- Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) berharap ada dua peraturan pemerintah yang lahir tahun ini untuk memperbaiki nasib guru honor dan guru pegawai tidak tetap (PTT). Hal itu terkait dengan batas waktu pengangkatan guru honor dan PTT menjadi pegawai negeri sipil (PNS) yang jatuh tahun ini.

Demikian diungkapkan Ketua Pengurus Besar PGRI Sulistiyo kepada Kompas.com, Kamis (3/3/2011) di Jakarta. Peraturan pemerintah (PP) pertama, lanjut Sulistiyo, adalah PP yang mengatur tentang penyelesaian tenaga honorer. Sementara itu, PP kedua diperlukan untuk mengatur tentang guru PTT non-PNS.

"Yang kedua ini harus segera dilakukan sehingga sebelum menjadi PNS mereka sudah dilindungi peraturan tersendiri. PTT itu harus ada kejelasan tentang sistem rekrutmennya, juga tugas-tugas mereka yang bisa dihargai," Sulistiyo.

Seperti diberitakan, PGRI belum melihat tanda-tanda yang jelas tentang perubahan status para guru honor dan guru berstatus PTT untuk menjadi PNS. Hal tersebut sangat dikhawatirkan karena kebutuhan guru semakin mendesak karena tahun 2011 adalah batas terakhir pengangkatan guru honor dan PTT menjadi PNS untuk mengantisipasi pensiun besar-besaran pada 2012 nanti.

"Terus terang saya sedih melihat kondisi ini. Sampai sekarang masih belum jelas perubahan status mereka, sementara di sisi lain kebutuhan itu terus mendesak dilakukan. Kalau tahun ini para tenaga guru bantu tersebut tidak juga diangkat PNS, Indonesia akan mengalami krisis pendidik," ujarnya.

Friday, July 23, 2010

faktor-faktor penyebab keberhasilan partisipasi tokoh masyarakat dalam pelaksanaan Program SLTP Terbuka di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) Indularang Desa Purwarahayu Kecamatan Taraju



BAB I

PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang Penelitian

Pembangunan di bidang pendidikan merupakan tanggung jawab pemerintah, masyarakat dan keluarga hal ini berarti masalah pendidikan dalam kehidupan harus diprioritaskan, apalagi di zaman modern sekarang ini yang penuh dengan tantangan. Pendidikan diharapkan dapat membawa ke arah suatu perubahan yang dapat menjawab segala tantangan zaman yang semakin kompleks.

Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Drs. Sutaryat T. MA (1986) yang berbunyi sebagai berikut :

Pendidikan akan membawa perubahan sikap, nilai-nilai dan perilaku pada individu, kelompok dan masyarakat. Perubahan tersebut menghantarkan orang untuk terbuka terhadap kebutuhan yang semakin bervariasi dan memberi ke arah pemenuhan. (Drs. Sutaryat T., MA.,                 1986 : 2).

Kesungguhan pemerintah Indonesia dalam masalah pendidikan tercantum pada isi Undang-undang Dasar 1945 Bab XIII pasal 31 ayat 1 dan ayat 2 yang berbunyi :
1.      Tiap-tiap  warga negara berhak mendapatkan pengajaran
2.      Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu pengajaran nasional yang diatur oleh Undang-undang. (Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan ayat 2).
Pernyataan di atas merupakan ketegasan pemerintah agar penduduk Indonesia berpendidikan, tetapi ketegasan ini tidak menyatakan tentang jenjang atau tingkat pendidikan yang harus dicapai bangsa Indonesia, hal ini berakibat penduduk Indonesia mayoritas  hanya sampai pendidikan tamatan SD, terutama di daerah-daerah pedesaan, tetapi di sisi lain kehidupan manusia dituntut untuk menghadapi kemajuan zaman, oleh karena itu sumber daya manusia perlu ditingkatkan kualitasnya.
Kualitas manusia sangat menentukan kepada majunya suatu negara bahkan tingginya derajat bangsa itu sendiri. Hal ini sesuai dengan keterangan pada Q.S. A-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi : Allah SWT meningkatkan derajat di antara mereka bagi orang yang berilmu. (Q.S. A-Mujadalah ayat 11).
Dengan dasar pernyataan-pernyataan di atas guna meningkatkan derajat sumber daya manusia, maka pada tanggal 2 Mei 1994 Presiden Suharto mencanangkan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Tetapi untuk mensukseskan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun pemerintah menghadapi kendala-kendala diantaranya (gedung SLTP) yang tersedia, disamping itu keadaan dana pemerintah untuk membangun sekolah-sekolah dan mengangkat tenaga pendidik baik secara kuantitas maupun kualitas tidak mencukupi.
     Masalah ini dalam bidang pendidikan di Indonesia sebagaimana halnya di negara-negara berkembang lainnya adalah masalah perluasaan kesempatan belajar. Setiap tahun siswa yang memerlukan tempat belajar selalu melebihi daya tampung yang ada, walaupun daya tampung itu sendiri terus dikembangkan. (Drs. Noehi Nasution, MA., 1995 : 17).

Maka dengan demikian pemerintah mencari alternatif pemecahannya, SMP Terbuka merupakan alternatif yang tepat ke arah ini.
     SLTP Terbuka diadakan sebagai salah satu usaha untuk memperluas kesempatan memperoleh pendidikan di tingkat SLTP bagi lulusan SD dan MI yang karena faktor sosial, ekonomi dan geografis tidak dapat melanjutkan ke SLTP reguler kurangnya kemampuan pemerintah untuk membangun gedung baru dan pengarahan guru yang berkualitas, merupakan hambatan tersendiri untuk membangun pendidikan pada saat itu. (Dra. Hj. Tati Sumiati, 1996 : 30)

Berdasarkan pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa SLTP Terbuka merupakan sarana pendidikan, yang memanfaatkan sarana yang sudah ada dengan kata lain pemerintah tidak perlu membangun gedung-gedung sekolah baru dan mengangkat guru baru, tetapi program wajib belajar pendidikan 9 tahun tetap berjalan. Penyelenggaraan SLTP Terbuka berbeda dengan penyelenggaraan SLTP reguler dimana SLTP Terbuka banyak melibatkan masyarakat di antaranya penyediaann Tempat Kegiatan Belajar (TKB), penyediaan guru pembimbing dan guru pembimbing khusus kesemuanya dari warga masyarakat. Sehingga dengan demikian keberadaan SLTP Terbuka perlu dimasyarakatkan supaya masyarakat dapat memanfaatkan keberadaannya. Untuk usaha ke arah itu sangat perlu pemerintah memanfaatkan kharisma para tokoh masyarakat, dimana tokoh masyarakat ini merupakan motivator masyarakat dalam segala bentuk kegiatan di daerahnya. Dengan adanya partisipasi tokoh masyarakat dapat memperlancar cepatnya program wajar dikdas 9 tahun melalui SLTP Terbuka dapat diterima oleh masyarakat. Keberadaan SLTP Terbuka mempunyai manfaat baik bagi orang tua siswa maupun bagi masyarakat, adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
a.       Manfaat bagi Masyarakat
1.      Kegiatan sosial ekonomi tidak terganggu
2.      Biaya dapat ditekan serendah mungkin, bahkan tidak ada biaya sama sekali
3.      Dihargainya anggota masyarakat yang mampu bertindak sebagai nara sumber. Nara sumber itu bisa berupa tokoh agama, pemuka masyarakat, guru SD dan pengusaha yang ada pada sekitar mereka yang membantu terselenggaranya kegiatan belajar SLTP Terbuka.
4.      Meningkatnya taraf pendidikan dasar yang diperlukan dalam menghadapi pembangunan dan perkembangan zaman.
5.      Dikembangkannya sumber belajar baru

b.      Manfaat SLTP Terbuka bagi masyarakat/pemerintah
Manfaat SLTP bagi pemerintah :
a.       Dapat dipercepatnya perluasan kesempatan belajar pada jenjang SLTP.
b.      Tidak diperlukannya biaya yang besar untuk pembangunan sekolah dan pengangkatn guru baru.
c.       Meningkatnya partisipasi masyarakat daan kepeduliannya masyarakat sehinggga lebih memperingan tanggung jawab pemerintah.
(Drs. Noehi Nasution, 1995 : 36).

Keberadaan SLTP Terbuka telah ada sejak 1996 dan diantaranya sudah ada yang berhasil, keberhasilan ini bukan saja ditentukan oleh baiknya program dan cukupnya sarana dari pemerintah, tetapi yang paling menentukan adalah kuatnya partisipasi para tokoh masyarakat terhadap program tersebut, dimana di masyarakat khususnya di daerah pedesaan tokoh masyarakat merupakan wakil dari pemerintah.

B.     Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas serta hasil pengamatan di lapangan, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1.      Mengungkapkan data tentang faktor-faktor penyebab keberhasilan partisipasi tokoh masyarakat dalam pelaksanaan Program SLTP Terbuka di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) Indularang Desa Purwarahayu Kecamatan Taraju.
2.      SLTP Terbuka merupakan program persekolahan yang membuka kesempatan belajar lanjutan bagi masyarakat yang bermasalah sosial, ekonomi, geografis dan lain-lain.
3.      Partisipasi masyarakat merupakan dinamisator dan stabilisator pembangunan masyarakat pedesaan khususnya di dalam bidang pendidikan.
4.      SLTP Terbuka merupakan salah satu program wajar dikdas 9 tahun yang cukup efektif dibandingkan dengan program yang lainnya.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka dalam penelitian ini penulis rumuskan masalahnya meliputi “Bagaimana pengaruh partisifasi tokoh masyarakat dalam pelaksanaan SLTP Terbuka”.

 

C.     Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini meliputi :

1.      mengungkapkan data tentang faktor-faktor penyebab keberhasilan program SLTP Terbuka, di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) Indularang Desa Purwarahayu Kecamatan Taraju.
2.      Untuk bahan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan SLTP Terbuka dan manfaatnya, khususnya bagi masyarakat di pedesaan.
3.      Untuk mengetahui sejauh mana kesadaran masyarakat terhadap pendidikan lanjutan.
4.      Untuk mengungkapkan data bahwa peranan tokoh masyarakat dalam pembangunan cukup dominan.

D.     Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian dalam penulisan ini adalah :

1.      Diharapkan berguna bagi kepentingan pengembangan ilmu atau teori yang berkenaan dengan teori partisipasi, kepemimpinan dan perubahan sosial.
2.      Diharapkan sebagai lahan kajian bagi para pengelola dan lembaga terkait dalam pelaksanaan program wajar dikdas 9 tahun khususnya melalui SLTP Terbuka.
3.      Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan perbaikan/ penyempurnaan bagi penyelenggara SLTP Terbuka di masa yang akan datang.
4.      Diharapakan dapat mendorong peneliti yang lain untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, karena penelitian ini baru merupakan penelitian pendahuluan.



E.     Kerangka Pemikiran

  1. Anggapan Dasar
Untuk lebih mengarahkan penulisan ini maka diperlukan titik tolak pemikiran dari permasalahan yang diteliti. Adapun titik tolak pemikiran tersebut penulis berpedoman kepada anggapan dasar sebagai berikut :
a.       Kegiatan partisipasi masyarakat yang tumbuh dari tanggung jawab masyarakaat desa mutlak diperlukan sesuai dengan hakekat pembangunan desa yang pada dasarnya/prinsipnya dilaksanakan oleh masyarakat sendiri dari dan untuk masyarakat. (Santoso S. Hamijoyo, 1973 : 126).

b.      SLTP Terbuka merupakan sistem pendidikan yang dapat memberikan kesempatan belajar kepada lulusan SD/MI yang tidak dapat meneruskan ke sekolah reguler karena alasan sosial ekonomi dan geografis. Sistem pendidikan ini diselenggarakan dengan memanfaatkan sumber belajar seperti tenaga pengajar, ruang belajar dan pasilitas belajar yang telah tersedia di masyarakat. Karena itu sistem ini dikembangkan relatif cepat tanpa menuntut disediakannya guru-guru dan gedung-gedung sekolah khusus SLTP Terbuka. (Drs. Noehi Nasution, MA., 1995 : 24)

c.       Perubahan sosial adalah proses yang didalamnya terjadi perubahan struktur dan fungsi dari suatu sistem sosial, dimana struktur sistem sosial dibentuk oleh status individu dalam prestise kelompok, sedangkan fungsi di bentuk oleh peranan dan perilaku individu dalam status tertentu (Everes, dalam Sutaryat T., 1984 : 3).

d.      Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. (Prof. Dr. Mohammad Surya, 1992 : 23).

  1. Pertanyaan Penelitian
Untuk mengarahkan penelitian yang dilakukan, maka penulis menentukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
Bagaimana partisipasi tokoh masyarakat dalam rangka pelaksanaan program SLTP Terbuka di Tempat Kegiatan Belajar Indularang Desa Purwarahayu Kecamatan Taraju.

F.      Penjelasan Istilah

Untuk menjaga kesimpangsiuran dalam menggunakan istilah dalam skripsi ini, maka penulis merasa perlu menguraikan hal-hal sebagai berikut :

  1. Partisipasi adalah keterlibatan tenaga, mental, pikiran dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha yang bersangkutan.
  2. Tokoh masyarakat adalah seseorang yang dipercayai oleh orang banyak di lingkungannya karena keilmuannya, sikap, dan dapat mempengaruhi serta memberikan motivasi dan saran kepada orang-orang dilingkungannya. Sedangkan menurut Komeno Doni yang disebut tokoh masyarakat yaitu seseorang yang menjadi panutan orang banyak dalam lingkungannya serta dapat membimbing, memberikan motivasi dan pemberi keputusan dalam suatu kegiatan (Dra. Komeno Doni MM., 1999 : 17).
Sedangkan pendapat lain yang disebut Tokoh masyarakat yakitu seseorang yang mempunyai pengaruh dan pranata sosial yang dapat diarahkan mendorong tercapainya suatu tujuan (Drs. Rukman Heryana, MM., 1999 : 16).
  1. SLTP Terbuka adalah suatu sub sistem pendidikan jalur sekolah yang menggunakan prinsip belajar mandiri dengan bantuan semininal mungkin dari orang lain (Drs. Noehi Nasution, MA., 1995 : 16).

G.    Metode dan Teknik Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, karena masalah yang diteliti sedang berjalan langsung pada saat ini, sedangkan teknik pengumpulan data dengan menggunakan :
  1. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan maksud untuk memperoleh gambaran data yang dipergunakan dengan jalan mengadakan pengamataan langsung terhadap obyek penelitian.
  2. Wawancara adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yang ada kaitannya dengan penelitian melalui tanya jawab secara langsung dengan responden.
  3. Angket, ini digunakan untuk mendapatkan data yang diberikan kepada responden dengan menggunakan serangkaian daftar pertanyaan mengenai masalah yang dibahas.
  4. Studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan bersumber kepada daaaata yang telah tersimpan dalam dokumen tertentu.

H.    Populasi dan Sampel

1.      Menentukan Populasi

Menurut Winarno Surachmad Populasi adalah sekelompok subyek baik manusia, gejala-gejala, nilai-nilai tes, benda-benda atau peristiwa-peristiwa (Winarno Surachmad, 1992 : 93).
Dalam penelitian ini yang dijadikan populasi adalah :
a.       Tokoh masyarakat                    :    4    orang
b.      Kepala SLTPN                        :    1   orang
c.       Guru Pembimbing                     :    2    orang
d.      Guru bina/guru mata pelajaran
dari SLTPN Induk                    :    4    orang
e.       Warga belajar                           :    30 orang
Jumlah                                      :    41 orang

2.      Penentuan Sampel

Yang dimaksud sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang mewakili seluruh populasi. Adapun sampel yang dijadikan obyek penelitian, yaitu sebanyak 47 orang (total sampel).


I.       Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan ini disusun sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Yang memuat dan menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, penjelasan istilah, metode dan teknik penelitian, populasi dan sampel.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan tentang Tinjauan Pustaka yang mendukung pada masalah yang diteliti.
BAB III :  PROSEDUR PENELITIAN
Menguraikan tentang prosedur penelitian yang meliputi penentuan populasi dan saampel, metode dan teknik penelitian, prosedur pengumpulan data, dan prosedur pengolahan data.
BAB IV :   Menguraikan gambaran umum Kampung Indularang Desa Purwarahayu, pengolahan data, pembahasan hasil penelitian sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian.
BAB V :  Menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran.

 








Kerajaan Demak Sebagai Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa : Suatu Tinjauan Sejarah



BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Berdirinya kerajaan Demak adalah suatu peristiwa klasik dalam sejarah Indonesia (R. Moh. Ali, 1963 : 72). Dikatakan klasik, karena terjadi pada saat situasi sosial, politik serta budaya masyarakat Jawa ada dalam belenggu adat istiadat.

Berbicara awal terbentuknya kerajaan Demak, tidak bisa melepaskan diri pembahasannya dari keberadaan kerajaan Majapahit yang sudah berdiri sebagai pendahulunya. Dalam berbagai literatur diungkapkan, bahwa berdirinya kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, pada saat di dalam kerajaan Majapahit sedang terjadi krisis politik yang menjurus ke arah perang rentan dengan terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang dipimpin oleh para tokoh yang sudah tidak setia kepada sang penguasa.
Kendatipun demikian keberadaannya, kerajaan Majapahit telah tercatat dalam sejarah Indonesia, sebagai kerajaan yang bernafaskan Hindu dan telah mampu memperkenalkan Nusantara ke dalam pergaulan intenasional yang sangat disegani kawan maupun lawan. Kebesaran Majapahit pun tidak lepas dari keberadaan seorang pemimpin bijak yaitu Raja Hayam Wuruk yang mendapat bantuan serta dorongan kuat dari Mahapatih Gajah Mada.
Dengan keahliannya dalam berperang, Mahapatih Gajah Mada bercita-cita ingin menyatukan kawasan Nusantara ada di bawah pengawasan Majapahit. Kehebatan Gajah Mada digambarkan oleh Hamka adalah laksana Bismarek bagi Jerman. Mencita-citakan imperium yang besar atas seluruh kepulauan Nusantara merupakan cita-cita terbesar yang pernah ke luar dari pemikiran Gajah Mada. (Hamka, 1982 : 10).
Menurut R. Moh. Ali (1963 : 72) bahwa awal kejadian berdirinya kerajaan Demak sangat erat keberadaannya dengan seorang tokoh bernama R. Patah. Menurutnya, pada suatu peristiwa Raden Patah diperintah oleh Sunan Ampel untuk merantau ke arah Barat dan bermukim di sebuah tempat yang diberi nama Demelakan artinya tempat rawa. Dikemudian hari nama tersebut berubah menjadi Demak.
Daerah Demak yang berdiri di dataran Jawa Tengah ini, mempunyai arti khusus bagi perkembangan selanjutnya, karena mencerminkan masa sejarah yang penuh dinamika kehidupan bercita-cita. Di daerah inilah R. Patah kemudian mendirikan kerajaan Islam pertama di tanah Jawa. Dikemudian hari Demak ini dijadikan suatu tempat yang sangat penting oleh para wali dalam upayanya penyebaran Islam di Pulau Jawa.
Secara geografis, letak kerajaan Demak ini menempati posisi yang sangat strategis, yakni terletak di tepi pantai laut Nusantara, pada jalan pelayaran perniagaan dunia yang melintang dari Maluku ke Malaka (R. Moh. Ali, 1963 : 72). Dengan posisinya yang sangat strategis, sehingga mempermudah upaya-upaya pembangunan dan pengembangan kerajaan Demak diberbagai sektor, terutama di bidang perdagangan dan proses penyebaran Islam yang dikomandani oleh para wali.
Ditinjau dari sudut morfologi sejarah, bahwa Demak mula-mula berdiri sebagai kerajaan Islam yang bercorak agraris yang akhirnya, karena proses waktu, Demak menjadi kerajaan besar bercorak kerajaan niaga. Memasuki tahun 1475, Demak sudah merupakan kerajaan yang diakui sebagai kerajaan yang dipertuan oleh Maharaja Majapahit. Bagaimanapun kebesaran Demak ini ditunjang oleh dua sipat dari karakter kerajaan, yaitu sifat-sifat agraris dan maritim, dan didukung pula oleh kekuatan Islam yang menjadi daya dorong bagi kebesarannya. Berdasar kepada hal-hal seperti terurai di atas, penulis sangat tertarik untuk menulis karya tulis skripsi dengan judul “Kerajaan Demak Sebagai Kerajaan Islam Pertama di Pulau         Jawa : Suatu Tinjauan Sejarah”.

B.     Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan kepada uraian tersebut di atas, maka dirumuskan perumusan masalahnya sebagai berikut :
1.      Bagaimana situasi Pulau Jawa sebelum kerajaan Demak berdiri ?
2.      Bagaimana proses masuknya Islam di Pulau Jawa serta bagaimana pula runtuhnya kerajaan Majapahir ?
3.      Bagaimana proses awal berdirinya kerajaan Islam Demak ?
4.      Mengapa Wali Songo lebih memilih Demak sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa ?
5.      Bagaimana perkembangan kerajaan Demak dan faktor apa saja yang menjadi penyebab keruntuhan kerajaan Islam Demak ?
Supaya pembahasan lebih terfokus pada permasalahan, maka permasalahannya dibatasi pada Kerajaan Demak sebagai Kerajaan Islam Pertama di Pulau Jawa.

C.     Tujuan Penulisan

Skripsi ini ditulis dengan tujuan sebagai berikut :

1.      Untuk mengetahui situasi Pulau Jawa sebelum kerajaan Demak berdiri sekitar tahun 1478.
2.      Untuk mengetahui lebih jauh proses masuknya Agama Islam ke Pulau Jawa yang berpengaruh terhadap runtuhnya kerajaan Majapahit pada 1478.
3.      Untuk mengetahui secara lebih mendalam mengenai proses awal berdirinya Kerajaan Islam Demak.
4.      Ingin mengetahui secara lebih jauh peran Wali Songo dalam proses Islamisasi di Jawa yang menjadikan Demak sebagai pusat penyebarannya.
5.      Ingin mengetahui perkembangan kerajaan Islam Demak serta akhir keruntuhannya.

D.    Metode dan Teknik Penelitian

Sesuai dengan topik masalah yang akan diteliti yakni aspek kesejarahan, maka metode yang dipakai dalam penelitian inipun adalah metode sejarah dengan penekanan pada studi kepustakaan. Adapun tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian sebagai berikut :
1.      Heuristik, yaitu tahapan pertama dari penelitian sejarah. Pada tahapan ini penulis mencari sumber-sumber, bahan-bahan yang sesuai dengan topik masalah yang sedang diteliti. Pada proses heuristik ini, penulis melakukan studi kepustakaan di perpustakaan.
2.      Kritik, yaitu tahapan ke dua dari metode penelitian sejarah. Pada tahapan ini, sumber-sumber dan bahan-bahan yang sudah terkumpul dikritik baik secara intern maupun ekstern sehingga dapat diperoleh data-data dan fakta.
3.      Interprestasi, yaitu tahapan ketiga dari metode penelitian sejarah. Tahapan ini, data-data dan fakta-fakta ayng sudah teruji tingkat validitasnya diberi penafsiran, dan direkonstruksi, sehingga lahirlah kisah sejarah dari peristiwa yang diteliti.
4.      Historiografi, yaitu tahapan keempat dari metode penelitian sejarah. Pada tahapan ini dibuat laporan tertulis dari hasil penelitian dalam bentuk kisah sejarah yang sudah dapat dipahami dan dimengerti isinya.

E.     Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dalam IV Bab, dengan kronologi sebagai berikut :

BAB    I      PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi penjelasan umum mengenai latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode dan teknik penelitian dan sistematika penulisan.
BAB    II    PULAU JAWA SEBELUM KERAJAAN DEMAK BERDIRI
Di dalamnya menguraikan kehidupan masyarakat Jawa pra-Islam, masuknya Islam di Pulau Jawa, dan runtuhnya kerajaan Majapahit.
BAB    III   DEMAK BERDIRI SEBAGAI KERAJAAN ISLAM PERTAMA DI JAWA
Di dalamnya membahas awal berdirinya kerajaan Demak, Peranan Wali Sanga dalam penyebaran Islam, Perkembangan Kerajaan Demak, dan keruntuhan kerajaan Demak.
BAB    IV   KESIMPULAN
Pada bab ini diuraikan kesimpulan-kesimpulan dari bab-bab I, II, dan III supaya lebih mudah dipahami dari isi secara keselurahan.
Sebagai pertanggungjawaban ilmiah, maka karya skripsi ini dilengkapi dengan daftar kepustakaan sebagai acuan refrensi.

 




erjanjian Renville Merupakan Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Bidang Diplomasi



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Selama pasca proklamasi, pemerintah Indonesia beberapa kali mengadakan perundingan perdamaian dengan pihak pemerintah Belanda. Diantara perundingan itu yang tercatat dalam sejarah dan yang mempunyai andil besar dalam perubahan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia adalah perundingan Linggarjati yang berlangsung sejak tanggal 10 Nopember 1946 di Kabupaten Kuningan. Pada babak pertama perundingan itu, pada dasarnya Belanda hanya mengakui secara de facto RI dengan wilayah kekuasaannya meliputi Sumatera, Jawa dan Madura. Akibatnya persetujuan ini mendapat perlawan hebat. Karena naskah persetujuan itu tidak sesuai dengan isi dan maksud proklamasi kemerdekaan yang telah disepakati dan dibela oleh rakyat.
Untuk mengatasi kemacetan perundingan, Presiden mengeluarkan Peraturan Presiden yang intinya memberikan dasar untuk mengubah keanggotan KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat), yang selama itu dipandang menentang perundingan. Di pihak lain guna mencegah kesimpangsiuran pendapat di kalangan Angkatan Perang Soedirman mengeluarkan instruksi yang ada dasarnya mengingatkan kepada seluruh anggota Angkatan Perang agar tidak memikirkan masalah perundingan dan tidak bertindak sendiri-sendiri.
Setelah melalui perdebatan sengit, akhirnya pada tanggal 25 Maret 1947, Persetujuan Linggarjati ditandatangai pada tanggal 25 Maret 1947. Namun, beberapa hari setelah perundingan terjadi perbedaan penafsiran, yang berbuntut dan berlanjut pada perang terbuka antara Angkatan Perang RI dengan Angkatan Perang Belanda.
Sementara untuk melaksanakan penghentian permusuhan, dibentuk suatu panitia istimewa dengan maksud untuk menjembatani serangkaian pertemuan pendekatan antara Republik dan Belanda. Perundingan mengenai masalah militer mengalami kesulitan-kesulitan karena masing-masing pihak saling curiga mencurigai. Namun, akhirnya tercapailah suatu persetujuan penghentian tembak menembak setelah disepakati persetujuan lanjutan, dalam hal ini Persetujuan Renville.
Dari uraian itu, kiranya cukup membuat penulis untuk mengungkapkannya kembali dalam suatu tulisan dengan judul “Perjanjian Renville Merupakan Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Bidang Diplomasi”.

B.     Rumusan dan Batasan Masalah

Untuk memudahkan dan mengidentifikasi masalah yang akan dibahas, maka penulis membuat suatu rumusan dalam bentuk kalimat tanya sebagai berikut :
1.      Apa tujuan Kolonialis Belanda untuk kedua kalinya datang ke Indonesia ?
2.      Bagaimana usaha-usaha pihak Belanda dalam menghadapi pemerintah           Indonesia ?
3.      Mengapa pihak Belanda selalu membuka agenda perundingan ketika terdesak dalam suatu peperangan dengan Angkatan Perang Republik ?

C.     Tujuan Penulisan

Penulisan ini mempunyai tujuan yaitu sebagai berikut :
1.      Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang latar belakang perjanjian Renville antara Pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah Belanda.
2.      Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan problema yang dihadapi dalam membela dan mempertahankan proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia.
3.      Kita dapat mengambil hikmah dan mencontoh tentang keberanian dan kelihaian para diplomat Republik Indonesia saat itu.

D.    Anggapan Dasar

Sebagai landasan teoritis untuk menganalisa dan memecahkan topik pembahasan, penulis mengemukakan beberapa anggapan dasar sebagai berikut :
1.       Terjadinya perundingan-perundingan antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Belanda tidak mencapai kata sepakat.
2.       Naskah perundingan Renville sangat menguntungkan pihak Belanda untuk menanamkan penjajahan kembali di Indonesia.
3.       Setelah terjadi perundingan Renville malah terjadi pertentangan Indonesia – Belanda semakin meruncing sehingga terjadi Agresi Militer Belanda.

E.     Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, yaitu suatu metode yang berusaha mengkaji dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masa lampau.
Sementara teknik pengumpulan data, penulis lakukan dengan cara mencari, menemukan, menghimpun serta mengumpulkan beberapa data, baik buku, artikel, surat kabar, majalah yang relevan dengan topik bahasan yang penulis buat (heuristik).
Data yang terkumpul dipilih kembali melalui uji kritik. Dalam hal inni misalnya uji kritik ekstern, digunakan untuk menguji apakah sumber tersebut benar-benar asli atau turunan. Apabila sumber itu bukan turunan, apakah sumber itu benar-benar diperlukan dan relevan (kritik intern).
Dari hasil uji kritik ini maka data yang akan dicapai dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau lazim disebut dengan fakta.
Fakta-fakta yang terkumpul ditafsirkan kembali, disertai dengan urutan-urutan dan pertelaan waktu yang mencakup satu kesatuan yang mendasarinya (interprestasi), sehingga tersusunlah suatu kisah sejarah (historiografi).

F.      Sistematika Pembahasan

I.                    Latar Belakang
II.                 Perumusan Dan Pembahasan Masalah
III.               Tujuan penulisan
IV.              Anggapan Dasar
V.                 Hipotesis
VI.              Metode Penulisan
VII.            Sistematika Pembahasan

faktor-faktor geografi yang menyebabkan banjir di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung



BAB I

PENDAHULUAN


A.     Latar Belakang Masalah

Banjir merupakan masalah yang serius, bukan saja bagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia tetapi juga bagi negara yang sudah maju seperti halnya negara Eropa. Hujan merupakan faktor penting dalam terjadinya banjir, jika terjadi semata-mata karena curah hujan yang lebat maka banjir itu bencana. Tetapi banjir yang frekuensi dan intensitasnya makin meningkat bersumber pada ulah manusia, seperti makin luas permukaan tanah yang tertutup bangunan, jalan, tempat parkir mobil dan kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungan.

Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya banjir yaitu dengan mengetahui faktor-faktor geografi yang berpengaruh terhadap terjadinya banjir. Hal ini akan tercapai apabila didukung dengan adanya partisipasi masyarakat dengan kesadaran menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan juga para aparat yang terkait.
Sampai sejauh ini pemerintah belum bersikap serius dalam menangani musibah banjir khususnya di wilayah Kabupaten Bandung telah melanda 12 kecamatan dan 32 desa dengan kerugian mencapai Rp. 827,9 juta. Rumah yang terendam mencapai 7.085 kk, jalan raya sepanjang 4,9 km, 19 sekolah dan madrasah dan 1.658 hektar sawah serta 350 hektar kolam ikan. (Satkorlak PBP, 2002)
Di Kecamatan Rancaekek banjir menggenangi 11 desa juga merendam 777,5 hektar sawah, 13 SD dan 3 SMP sehingga para siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar. Salah satu penyebab banjir di kecamatan ini yaitu karena sungai Citarik bersama dengan beberapa anak sungai lainnya mulai menyempit diujungnya, hingga air hujan tak tertampung lalu meluap ke sawah dan perkampungan.
Dalam upaya mencegah bencana banjir yaitu dengan menormalisasikan sungai Citarik, sungai Cikijing dan sungai Cimande, misalnya dengan cara pengerukan lumpur atau dengan cara membuat sumur resapan setiap rumah dan memanen air hujannya. Serta kita juga perlu mengetahui faktor-faktor geografi apa saja yang menyebabkan banjir sehingga dapat memudahkan dalam menanganinya.
Untuk mengetahui faktor-faktor geografi yang menyebabkan banjir di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung perlu diadakanya penelitian.

B.      Perumusan Masalah

Melihat dari latar belakang permasalahnya tadi, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

Faktor-faktor geografis apakah yang berpengaruh terhadap terjadinya banjir di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung.


C.     Pembatasan Masalah

Untuk mengarahkan penelitian dalam memecahkan masalah penulis membatasi permasalahan sebagai berikut :

Faktor-faktor fisis (iklim, hidrologi, geomorfologi) dan faktor-faktor manusia (kepadatan penduduk, perilaku penduduk) apakah berpengaruh terhadap terjadinya banjir.

D.    Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Jawaban sementara yang penulis kemukakan yaitu :

Faktor-faktor geografi yang berpengaruh terhadap terjadinya banjir di Kecamatan Kabupaten Bandung disebabkan oleh faktor fisis (iklim, hodrologi, geomorfologi) dan faktor manusia (kepadatan penduduk, perilaku penduduk)

E.      Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1.      Untuk mengkaji terjadinya banjir di Kecamatan Rancaekek
2.      Untuk mengkaji keberadaan faktor-faktor geografi yang berpengaruh terhadap banjir di Kecamatan Rancaekek Kabupaten Bandung.

pembuatan web site untuk klab sepak bola Juventus untuk fans klub di Indonesia



BAB I

PENDAHULUAN



1.1. Latar belakang Masalah

Di masa sekarang ini olahraga sepak bola telah menjadi olahraga yang paling populer di seluruh dunia. Bahkan sepak bola telah menjadi industri yang sangat besar dan berkembang dengan sangat pesat. Klub-klub sepak bola khususnya di kawasan benua Eropa telah menjadikan olahraga ini bisnis yang sangat menguntungkan, layaknya sebuah perusahaan yang mencari keuntungan. Klub-klub Eropa tersebut melihat kawasan benua Asia dan Amerika sebagai kawasan yang sangat mendukung bisnis sepak bola klub tersebut. Dengan menjual berbagai merchandise klub tersebut bisa mendapat keuntungan yang sangat besar. Semakin besar keuntungan yang diperoleh dari penjualan merchandise klub tentu klub tersebut bisa mendatangkan pemain-pemain terkenal yang tentu saja bisa membuat prestasi klub tersebut juga akan meningkat. Selain penjualan merchandise, penyebaran informasi dan promosi dari suatu klub sepak bola semakin dibutuhkan agar klub sepak bola tersebut semakin popular  di seluruh dunia. Semakin klub sepak bola tersebut diketahui oleh masyarakat dunia maka akan mempermudah pemasaran produknya dan memperbanyak fans pendukungnya.
Untuk menyebarkan produk pemasaran klab sepakbola tersebut dibutuhkan teknologi informasi. Internet sebagai salah satu sarana informasi yang populer saat ini semakin banyak digunakan. Selain sudah banyak digunakan diseluruh dunia internet mempunyai jangkauan yang luas, karena dapat mencapai hampir ke setiap pelosok dunia. Karena jangkauannya yang luas ini, internet sangat ideal bila digunakan sebagai sarana promosi dari klab sepak bola tersebut. Selain untuk memasarkan produk merchandise klub sepak bola tersebut, melalui internet fans-fans klub tersebut bisa saling berkomunikasi satu sama lain, walaupun berbeda benua sekalipun.

1.2. Batasan masalah

Seperti telah diuraikan diatas, terlihat bahwa bahasan mengenai klab sepakbola sangat luas. Oleh karena itu dalam Penulisan Ilmiah ini Penulis hanya akan membahas mengenai pendesainan website menggunakan Macromedia Dreamweaver yang dibantu dengan menggunakan Photoshop dan PHP dan MySQL yang akan diimplementasikan dalam pembuatan web site untuk klab sepak bola Juventus untuk fans klub di Indonesia agar dapat dengan mudah mengetahui informasi tentang klub Juventus. Website ini berisi informasi seperti berita-berita, profil pemain, galeri foto-foto, dan berbagai macam pelayanan yang lainnya yang disediakan website ini untuk fans Juventus di Indonesia agar semakin kenal  dengan klab sepak bola kesayangannya.

1.3. Tujuan penulisan

Penulisan Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi pencinta sepak bola, khususnya buat fans klub Juventus di Indonesia untuk memperoleh informasi  yang berhubungan dengan klab kesayangan tersebut.

1.4. Metode penulisan

Penulisan Ilmiah ini Penulis buat dengan metode studi pustaka (literatur), yaitu   melalui informasi yang Penulis peroleh dari berbagai sumber, seperti buku-buku mengenai Dreamweaver, PHP dan MySQL, artikel dari majalah/surat kabar, dan lain sebagainya.

1.5. Sistematika penulisan

Penulisan ilmiah ini terdiri dari 4 bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan isi sebagai berikut :


BAB    I  : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan dan sistematika dari penulisan Penelitian Ilmiah ini.

BAB    II  : LANDASAN TEORI
Bab ini berisikan teori-teori dasar dari internet, navigasi, Dreamweaver, PHP dan MYSQL yang merupakan elemen penting dari pembuatan website ini.

BAB    III  : ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab ini akan dibahas cara pembuatan website JUVENTUS sebagai salah satu contoh dari website sebagai media informasi .

BAB    IV  : PENUTUP
Merupakan ringkasan dari isi Penelitian Ilmiah ini,  yang juga meliputi kesimpulan dan saran-saran.


Pada bagian akhir penulis juga menyertakan lampiran yang berisi listing program dan output.



perubahan strategi perjuangan yang dilakukan partai-partai politik di Indonesia dari tahun 1934 sampai dengan 1942, menjelang jatuhnya kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Pada abad keduapuluh, bagi Bangsa Indonesia merupakan periode mobilisasi politik massa yang dilakukan oleh berbagai organisasi yang bertujuan sama, yaitu menentang penjajah dan menuntut Indonesia merdeka.
Sebenarnya sejak didirikan Budi Utomo pada hakekatnya sudah tercermin kehendak suatu tujuan politik, namun pada saat itu belum terlalu tegas, bahwa tujuan perkumpulan itu menentang penjajah dan tercapainya kemerdekaan, seolah-seolah terbatas “Pada kehidupan sebagai bangsa yang terhormat sejajar dengan bangsa lain”. Oleh karena itu Budi Utomo belum dapat dikatakan sebagai perkumpulan politik, lebih-lebih pada waktu itu ada larangan yang tegas dari pihak pemerintah, tertuang dalam undang-undang yang berlaku.
Walaupun demikian, aktivitas Budi Utomo secara diam-diam bergerak ke arah politik sejak tahun 1915, sebagai tindak lanjut kesempatan membentuk milisi bagi kaum bumi putera.
Adanya kesempatan membentuk milisi bagi kaum bumi putera merupakan suatu persoalan politik yang mendorong Budi Utomo untuk berkiprah dalam kegiatan propaganda agar memperoleh milisi bumi putera dengan menunjuk Dwijosiwodjo sebagai wakilnya dalam delegasi yang dikirim ke Negeri Belanda untuk menyampaikan “Petisi”, berupa permohonan kepada Ratu Wilhelmina pada tahun 1917.
Jadi inilah kegiatan awal dari Budi Utomo bergerak dalam politik. Untuk aktifitas selanjutnya, Budi Utomo tidak bisa lepas dari lapangan politik terutama setelah terbentuknya Volksraad. Tampak ada upaya untuk mempersatukan berbagai aliran yang saat itu sudah berhaluan kiri.
Atas prakarsa anggota perkumpulan “Indische Social Democratische Vereniging (ISDV)”, Ir. Kamer mempersatukan aliran kiri dalam Volksraad, maka terbentuklah “Radicale Concentratie” (Pusat Kelompok Radikal) pada bulan Nopember 1918. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah perkumpulan ISDV, Budi Utomo, Sarekat Islam dan Nationale Indische Party (NIP). (Susanto Tirtoprojo, 1989 : 18).
Sementara itu pada tahun 1920-1922, gerakan perkumpulan di Indonesia terpengaruh oleh gerakan yang terjadi di India pimpinan Mahatma Gandhi, yang dalam perjuangannya menganjurkan strategi perjuangan “Nocooperation” (tidak bekerja sama dengan penjajah).
Strategi gerakan non-cooperation di India itu berpengaruh besar terhadap gerakan di Indonesia saat itu. Pada tahun 1920 mulai dibicarakan strategi tersebut di kalangan perkumpulan Budi Utomo, tetapi dalam kongres yang diselenggarakan pada bulan April 1923 ditolak oleh sebagian besar anggota Budi Utomo.
Pada tahun 1924 – 1925 di Indonesia tumbuh gerakan sarikat sekerja, melakukan usul perbaikan nasib anggotanya dengan aksi mogok kerja.
Pada masa pra Perang Dunia kedua di kalangan masyarakat Indonesia timbul persoalan strategi perjuangan non-kooperatif dan kooperatif. Namun baik yang bersikap non-kooperatif maupun yang bersikap kooperatif cita-citanya sama, yaitu tercapainya Indonesia merdeka, bebas dari belenggu penjajah Belanda.
Sehubungan dengan wacana di atas, selanjutnya penulis akan mencoba menelusuri secara mendalam tentang perubahan strategi perjuangan yang dilakukan partai-partai politik di Indonesia dari tahun 1934 sampai dengan 1942, menjelang jatuhnya kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia.

B.     Pengertian Judul

Untuk menghindari salah pengertian sehingga timbul interpretasi lain, penulis perlu menjelaskan istilah-istilah dalam judul di atas sebagai berikut :
1.      Perubahan Strategi, adalah mengubah cara atau taktik perjuangan dari satu cara ke cara yang berbeda. Dalam hal ini perubahan strategi perjuangan dari non-kooperatif ke kooperatif.
2.      Non-kooperatif artinya tidak bekerja sama dengan pihak lain. Yang dimaksud non-kooperatif di sini ialah bersikap kerja sama antara partai politik Indonesia dengan penjajah Belanda.
3.      Kooperatif artinya kerja sama dengan pihak lain; maksudnya mau bersikap kerja sama dengan penjajah, agar Belanda mau bersikap lunak terhadap Bangsa Indonesia.
4.      Partai Politik ialah organisasi yang bergerak dalam lapangan politik untuk ikut mengatur ketatanegaraan. Yang dimaksud partai politik di sini adalah partai politik di Indonesia yang mengubah strategi perjuangannya dari non-kooperatif ke kooperatif.
5.      Kesimpulan tahun 1934 – 1942, merupakan periode masa kegiatan partai-partai yang dijadikan batas penelitian.
Kesimpulan judul merupakan kesimpulan umum hasil pembahasan dari setiap periode strategi perjuangan sesuai dengan perumusan masalah dan tujuan penelitian.

C.     Perumusan Masalah

Dalam skripsi ini penulis menetapkan tiga rumusan masalah yang akan diteliti, yaitu :
1.      Apakah yang melatarbelakangi perubahan strategi perjuangan partai politik di Indonesia dari non-kooperatif ke kooperatif antara tahun 1934 sampai dengan tahun 1942 ?
2.      Bagaimana reaksi Pemerintah Belanda terhadap perubahan strategi perjuangan partai-partai politik di Indonesia tahun 1934  sampai dengan tahun 1942 ?
3.      Apa yang menyebabkan terjadinya kegagalan perubahan strategi perjuangan partai-partai politik di Indonesia dari non-kooperatif ke kooperatif antara tahun 1934 sampai dengan tahun 1942 ?

D.    Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini diharapkan dapat :
1.      Informasi yang lebih jelas tentang latar belakang terjadinya perubahan strategi perjuangan partai-partai di Indonesia dari non-kooperatif ke kooperatif pada tahun 1934 sampai dengan tahun 1942.
2.      Mengungkapkan reaksi Pemerintah Belanda terhadap perubahan strategi perjuangan partai-partai politik di Indonesia dari non-kooperatif ke kooperatif pada tahun 1934 sampai dengan tahun 1942.
3.      Informasi juga lebih jelas tentang penyebab terjadinya kegagalan perubahan strategi perjuangan partai-partai politik di Indonesia dari non-kooperatif ke kooperatif pada tahun 1934 sampai dengan tahun 1942.

E.     Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam membahas masalah dalam skripsi ini adalah “Metode Historis, menurut HRGA Wahyudi S., (1989 : 30), jika kita menggunakan metode historis ada tiga sumber data yang bisa dijadikan sumber, yaitu :
1.      Peninggalan material posil, piramida, senjata-senjata bermacam-macam alat (perkakas) dan budaya lainnya.
2.      Sumber peninggalan yang bertulis, gaping, daun lontar yang ditulis, relief, dari buku catatan, agenda, dari arsip negara atau perusahaan, dan lain-lain.
3.      Dari peninggalan tertulis, adat istiadat, bahasa dongeng-dongeng, kepercayaan dan sebagainya.

Dari pendapat di atas penulis mengambil kesimpulan dalam menggunakan metode historis ini dengan jalan mengumpulkan dan menafsirkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam strategi perjuangan partai politik dari tahun 1934 sampai dengan tahun 1942.
Hal itu dilakukan dengan pengumpulan fakta yang relevansinya melalui studi literatur, yaitu berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kurun waktu tersebut.

F.      Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
BAB I         PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis sajikan : latar belakang masalah, pengertian judul, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II        LATAR BELAKANG TIMBULNYA PERUBAHAN STRATEGI PERJUANGAN PARTAI-PARTAI POLITIK DI INDONESIA DARI NON-KOOPERATIF KE KOOPERATIF
Dalam bab ini dikemukakan tiga sub bab, yaitu tentang :
A.     Sifat perjuangan partai-partai politik sebelum tahun 1934, seperti partai-partai yang ada tahun 1927-1934.
B.     Sikap pemerintah Belanda terhadap perubahan strategi perjuangan partai politik di Indonesia dari non-kooperatif ke kooperatif. Disini dibahas politik apa yang digunakan pemerintah kolonial untuk menghadapi tuntutan dari partai tersebut.
C.     Kegagalan perubahan strategi perjuangan partai-partai politik di Indonesia dari non-kooperatif ke kooperatif.
D.     Strategi perjuangan partai-partai.
E.      Analisis Strategi dari Non-Kooperatif ke Kooperatif.
BAB III       KECENDERUNGAN PERUBAHAN STRATEGI PERJUANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA DARI NON-KOOPERATIF KE KOOPERATIF
A.     Partai-partai politik yang mengubah strategi perjuangannya dari non-kooperatif ke kooperatif.
1.      Gerakan Rakyat Indonesia (GERINDO)
2.      Partai Indonesia Raya (PARINDRA)
B.     Reaksi pemerintah Belanda terhadap perubahan strategi perjuangan partai-partai politik di Indonesia dari non-kooperatif ke kooperatif.
BAB IV      KESIMPULAN
Pada bab ini penulis kemukakan kesimpulan mengenai pokok-pokok permasalahan sebagai dirumuskan dalam rumusan masalah, apakah hipotesis yang penulis ajukan itu terbukti atau tidak.